Jumat, 04 Oktober 2013

Kata orang, dewasa itu sebuah pilihan

22 my age *vikinisasi

Angka 22 itu bukan angka yang sedikit untuk usia manusia. Pada millestone Piaget manusia pada usia ini layaknya sudah menapaki usia dewasa.
Saya akui saya belom sampai pada titik itu. Pijakan saya belom sampai pada anak tangga itu. Bisa dikatakan saya pada age yang sekarang masih bubudakeun, masih bolon, kekanak kanakan, childish atau apapun itu.
Saya akui dengan sadar hal itu. Entah dari segi perilaku dan bla bla lainnya. Terkadang pemikiran saya juga masih sedikit bubudakeun juga yang berimbas pada perilaku.
Entah apa sebabnya, kalo prediksi saya itu sebuah faktor lingkungan.
Berdasarkan sebuah riset, tikus yang disimpan pada sebuah labirin yang penuh dengan mainan sinaps dan jaringan otaknya jauh lebih berkembang daripada tikus yang di simpan pada sebuah kotak begitu saja. Jadi intinya ketika makhluk hidup ditempatkan pada sebuah kondisi dengan penuh tantangan akan menjadikan dirinya sebagai manusia tangguh dan cerdas. Semakin pandai seseorang untuk menyelesaikan masalahnya dg apik maka semakin tinggi juga kualitas hidupnya. Itu berangkat dari teori yg saya baca di buku.
Saya yakini kebenarannya itu. Kualitas hidup saya ketika masih tinggal jauh dengan orang tua dulu di Banjarnegara dengan sekarang ketika tinggal dengan orang tua saya jauh berbeda.
Saya rasakan begitu banyak kebebasan untuk mengeksplorasi hidup mencoba sesuatu yang baru berprinsip dan menilai hidup sendiri ketika dulu jauh dengan orang tua. Saya rasakan kemandirian dan ketegaran yang luar biasa saat itu. Saya berani bertaruh kualitas berfikir saya juga berbeda dengan teman teman sepantaran saya saat itu.
Sedangkan hari ini hidup saya begitu jauh dengan kondisi itu. Sejak dulu saya memang bukan seorang yang fanatik, lebih pada fleksibel tapi memiliki prinsip dan menyesuaikan dimana saya hidup.
Saya hari ini sedikit manja dan banyak mengeluh. Bertahan hidup dengan sedikit sisa semangat masa SMA. Payah sekali memang
Itu semua karena memang lingkungan. Semua yang saya perlukan seakan sudah ada di depan mata.
Ada saatnya diri saya menolak hal itu tapi tidak munafik saya juga menerimanya.
Kebingungan yang sungguh luar biasa. Saya rasa diri saya saat ini sudah pada titik dewasa itu, tapi orang lain yang melihat dan menilai saya belum pada titik itu. Mereka mengatakannya tadi itu, bubudakeun.
Entahlah, saya dengan pedenya juga masih meyakini bahwa pemikiran saya sudah berada pada titik dewasa itu. Tapi seperti yang dikatakan tadi, semuanya tergantung pada lingkungan. Saya bisa diajak 'ok' ketika lingkungan itu mendukung. Jadi saya tetep keukeuh bahwa saya sudah dewasa. Saya bisa menyelesaikan semua permasalahan saya tanpa harus dibantu oleh orang dewasa lainnya. Itu sudah terbukti.
Meskipun saya berada pada titik aman hidup, tapi saya masih mempertahankan tradisi yang telah lama saya dapat dan perjuangkan. Meski sedikit terserang gelombang naik turun.
Yap... Saya sudah dewasa men!!!
Kedewasaan seseorang tidak tergantung pada usia seseorang. Terkadang yang masih punya usia muda pun sudah memiliki pemikiran dewasa.
Dewasa itu bagaimana kita melihat sesuatu dengan sudut pandang kita dan cara kita melalui tangan kita.
Saya sudah bisa mencapai titik itu. Meskipun terkadang, ya tadi kelakuan saya masih bubudakeun.
Terserah sih gimana dunia mau menilai, yang jelas prinsip belajar di dalam kamus hidup saya tidak akan pernah berkurang ukuran timbangannya.
Bahwasanya hidup itu untuk belajar, belajar dan belajar. Jangan gengsi untuk belajar jangan ragu untuk bertanya. Yap itulah hidup men..
Maknai hidup yang sekali dan cuma sebentar. Jangan nilai orang dari bajunya aja. Tapi lihat juga bagaimana cara dia "berjalan"
So, dewasa itu memang benar-benar sebuah pilihan. Kenapa tidak...