Selasa, 10 Juni 2014

cinta itu nomor dua



bogoh mah nomor dua, nu penting mah nyaah—cinta itu no dua, yang penting sayang” (Calon Penyewa Rumah:2014)

Kalau kata ii kalimat tadi diatas biasa saja namun sedikit dalam.
Mau ngedongeng nih ceritanya malam ini, tapi bingung mau mulai dari mana. Intinya tentang calon penyewa rumah yang blak-blakan menceritakan kisah hidupnya sama Mamah-Bapa padahal baru pertama kali bertemu.
Tadi pagi sekitar jam setengah 12an ada tamu keketrok pager kerumah, kondisi ii habis bangun tertidur dan lagi ngoprek hape yang lagi eror. Pas dilihat orangnya keluar sudah sedikit malas ngeladeninnya (ii lihat dari gaya berpakaian), pasti tidak lain dan bukan dia mau nyariin Bapa dan bakal seharian ngobrolin Capres terus ngahasut Bapa buat ikutan parpol bla.. bli.. blu.., soalnya tadi pagi-pagi ada tamu juga, kebayang dari jam 9 dan baru pulang jam 11 barusan Cuma buat ngedongeng capres dan parpol yang ujung-ujungnya pengen ikut tim sukses kampanye wilayaha Bandung selatan dari salah satu capres, helllloooooowww emang babeh gue dukun?! Pengen yang begituan kudu dateng kerumah pagi-pagi segala, jadi ngahambat aktifitas orang tau!!! Oke maaf itu sedikit curhat, kita kembali lagi ke si tamu. Karena sudah malas duluan, jadi ii ladenin dari balik pintu tanpa membukakan pagar soalnya gada orang juga dirumah.
Jujur dari dalam hati, untuk masalah tampang itu haduh susah dijelaskan dengan kata-kata banget, entahlah menjadi sedikit ingin ngomong waah pas melihat beliau itu, tapi gatau dari sisi mananya (nanti juga tau sendiri). Menurut prediksi ii, usia dia ga jauh-jauh dari ii. Ya sekitaran 27 atau mungkin sepantaran lah dengan A Cucu lah. Ya simple aja karena ii juga ga tau Bapa lagi pergi kemana, jadi ii jawab sekenanya aja, Bapa lagi ke Soreang (da biasanya emang heeh), mamah lagi kerja, kalau ada perlu penting datang nanti lagi aja sehabis maghrib. Intinya biar ga lama basa-basinya biar cepat pulang. Dia juga sepertinya fahaam dan dia langsung pamit pulang, bahasa Sundanya lemes banget dan emang sebelumnya dia memperkenalkan diri orang asli Andir jadi wajar saja bahasa yang digunakan juga sopan. Dari cara dia bertanya dan memperkenalka diri, ii dengan sotoy nebak kalo dia itu orang marketing, atau setidaknya dia itu terbiasa berbicara didepan umum. Bukannya sok tau lagi ya, gaya berbicaranya itu seperti terlatih dan bertekhnik.
Tanpa dipikirkan lagi, sehabis maghrib ii diem dikamar dan ngaji dilama-lamain sambil nunggu Isya. Ga lama, ada suara tamu memberi salam. Ada Bapa diluar jadi ii ga harus keluar juga, ternyata yang datang adalah tamu yang tadi siang.
Seperti tadi ketika pertama bertemu ii, dengan bahasa sunda lemes bliau memperkenalkan diri bahkan sampai asal-usul dari mana ia mendapatkan rekomendasi untuk mengontrak rumah orangtua ii itu dan perjalanan menemukan alamat ini tadi siang dan barusan diceritakan detail. Gatau darimana awalnya ahirnya Bapa ii bercerita kepada calon penyewa itu tentang penyewa-penyewa sebelumnya yang memang tidak ada yang “bener” satupun, dari yang bermodus kemalingan hanya untuk ingin memiliki gagang pintu dan beberapa besi yang laku dijual sampai yang terahir harus mendekam di jeruji polsek karena kasus penggelapan uang. Sekali lagi, ii memuji  calon penyewa rumah baru itu. Mungkin karena bliau peka jadi beliau juga faham. Maksud bapa ii hanya untuk berjaga-jaga agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Tapi jawaban bliau adalah “baiklah, karena Bapa juga sudah terang-terangan maka saya juga akan terang-terangan” (tentunya dengan menggunakan bahasa Sunda lemes). Dari sini bliau mulai bercerita tentang kehidupannya.
Bliau itu seorang duda sejak tahun 2011 setelah 9 tahun berumah tangga. Sejak saat ini ii udah ga fokus ngajinya, tapi masih di dalam kamar karena ga mungkin keluar dan main zuma. Aseli ga minat sama sekali buat nguping, tapi karena ruang tamu dan kamar ii padeket jadi mau-gamau pasti kedengeran. Cewe yang sekarang bliau bawa ini adalah calon istrinya yang baru seminggu bertemu dan minggu depan hendak melangsungkan pernikahan, ii gatau kaya apa rupa cewenya soalnya ii dikamar. Tadinya setelah gagal membina rumah tangga dengan mantan istrinya, bliau tidak akan menikah lagi tapi karena desakan Ibunya akhirnya bliau mau juga menikah. Usia beliau sekarang 37 tahun (tuh kan tebakan ii ga beda jauh) tapi beliau sedikit terlihat lebih muda dengan janggot tipis yang dimilikinya sedangkan calon istrinya itu berusia 19 tahun sekarang. Ii yang di dalam kamar asli kaget. Bliau menjelasnkan “Ya terserah dia (cewe itu) mau menganggap saya apa, apakah ayahnya, kawannya, atau kabogohnya. Bagi saya cinta itu no 2, yang terpenting adalah rasa sayang. Karena saya memulai berumah tangga niatnya hanya ibadah”. Beuuuuuhhh jero ,
Tema obrolanya berubah, jadi masalah keluarga. Karena Bapa juga ternyata kenal dengan bberapa keluarga dan tetangga-tetangga beliau saat ini.
Saya mah pondok jodo, panjang baraya—saya ini tidak lama dalam berjodoh tapi, persaudaraan saya panjang. Setelah nyambung dalam jodoh, bliau bercerita kembali bahwa meskipun bliau sudah tidak berjodoh dengan mantannya tapi bliau masih menjalin silaturahmi dengan keluarga-keluarga mantannya itu. Karena selain mantan istrinya itu bertetangga dengannya juga melainkan dulu ketika bliau memulai kehidupan berumah tangga dengan mantannya itu berdasarkan dengan rasa kasih sayang. Beliau bercerita juga kalo beliau itu hobby berorganisasi juga, bahkan dulu saat pertamakali bobogohan  dengan mantannya juga berawal dari sebuah organisasi, bliau menjadi ketua dan mantanya itu sebagai skretaris. Aaaaaaghhh cerita klasik banget dalam oraganisasi :p.
Saluuutnya ii sama bliau itu, bliau tidak canggung berbicara masalah mantan dihadapan calonnya seakan-akan hal biasa dan bisa menahan emosi di dalam bercerita agar menjaga kehormatan mantannya, karena memang awal mereka berpisaha adalah berawal dari matannya tersebut yang sedikit banyak berubah setelah pengangkatan pegawai negeri dll. Memang bagi sebagian orang  membicarakan mantan di hadapan pasangan adalah hal biasa, tapi terkadang akan menjadi sebuah pemicu pertengkaran bagi sebagian kaum ABG seperti calonnya bliau—yang ii lupa eh bahkan tidak tahu namanya :D
Beliau juga cerita, bahwa ayahnya itu seoranng pemuka ormas NU, pamannya menjadi tetua PERSIS di Pameungpeuk Banjaran (yang memang daerah itu adl massanya PERSIS), terus pamannya yang ada di Bekasi adalah ketua Muhammadiyah. Dia sendiri adalah aktifis di sebuah masjid di dekat tempat tinggalnya sekarang (yang setau ii disitu basisnya PKS), “jadi kalau ditanya, saya ini berasal dari (maaf jika salah) Ormas Tarekat atau Sarekat, suatu organisasi di bawah naungan NU. Tapi dalam menjalankan syariat ibadah saya menggunakan pemahaman Muhammadiyah seperti paman saya di Bekasi”, jelas beliau. Ii ngebatin, Ya Gusti ini orang fulgar banget blak-blakan sama orang yang baru dikenalnya. Memang sih itu tidak salah tapi menurut ii jadi terkesan sok kenal sok dekat banget, eh tapi gaboleh suudzon juga ketang ehehee...
Ahirnya mamah ngasih juga itu rumah dengan entah berapa deal harganya yang ii tidak tau.
Entahlah Cuma mendengar obrolan bliau dengan kedua orang tua ii kesan ii ke bliau itu plus plus. Ii suka cara berbicaranya, terstruktur dan sopan pada siapapun. Beberapa teman Bapa atau Ari yang tidak tahu pasti akan bilang “tadi saya sudah kesini, tapi Bapa tidak ada. Tadi ketemu sama si ‘teteh’ “. Atau kalau tidak “saya tadi sudah meninggalkan pesan sama si ‘teteh’ “, sebenernya ii paling ga suka kalau ada tamu seperti itu, sebutan teteh disini itu mereka menganggap ii seperti babu penunggu rumah. Itu teh tiap-tiap loh kalo ada tamu datang ke rumah atau sekedar nelpon, sekacau itukah saya heuh?!
Tapi calon penyewa rumah tadi tidak, seakan-akan langsung tau bahwa saya ini adalah anaknya meskipun tadi pas pertama ketemu kondisi saya sedang berantakan bangun dari tertidur dan lagi ngoprek-ngoprek hape. Terahir sebelum pulang juga beliau mengundurkan diri dan pamitan sama kedua orangtua ii dengan cara yang baik pula, nanyain ii juga lohhh... kata si mamah “oh iya ada...” trus kata beliau “ooo lagi di dalam ya..” hahaha ya ea lahhh
Ga penting banget sebenernya cerita itu, tapi ada 2 pelajaran hidup yang dapat ii ambil hikmahnya.
1.     Bahwa didalam berumah tangga itu cinta bukan segalanya dan siapa yang hendak kita nikahi itu siapapun asal baik akhlaqnya dan dilandasi dengan rasa kasih sayang yang bertujuan untuk ibadah karena Alloh. Ya Alloh, seandainya Mamah sama Bapa menyadari hal tersebut
2.    Ketika dalam berumahtangga hal yang pertama diusung adalah ibdah serta kasih sayang maka akan bermuara kepada keikhlasan. Ikhlas apapun keputusan Alloh kelak, jika Alloh berkehendak dia bukan jodoh kita maka kita tidak akan pernah menjadi seorang yang kufur. Gagal berumah tangga dengan anaknya bukan berarti harus putus silaturahmi pula dengan orangtuanya atau keluarganya yang lain. Bagi ii sendiri—yang naudzubillah jangan sampai mengalaminya adalah suatu hal yang berat, ketika harus melepas seseorang yang kita kasihi dan harus tetap tegar di hadapan anak serta mertua dan keluarga yang lainnya. Hahaha mungkin ii yang terlalu rapuh...
    Setelah beliau meninggalkan rumah, Mmah sama Bapa memuji-muji beliau. Yang cakep lah, Sholeh lah, pinter lah dan bla.. blaa.. blaa

“Mamah, Bapa, ii juga punya seseorang seperti beliau. Bahkan menurut ii dia lebih dan lebih baik lagi dari beliau untuk dapat ii kenalkan kepada kalian. Tapi ii tidak mungkin memintanya, karena anakmu ini seorang wanita...”

wonderfull pict by @emilysoto

Senin, 02 Juni 2014

Tanda '?'



Selamat pagi hari Senin,

Kadang kalau lagi adem, tenang kaya gini suka mikir, bagaimana nanti cara Alloh manggil ii buat pulang? Akan seperti apa sakaratulmaut yang ii hadapi nanti? Bakal seperti apa kehidupan setelah ii benar-benar tiada, apakah mereka masih mengingat ii dalam doa mereka? Apa saja yang ii tinggalkan? Terlepas dari itu semua, kapan waktu itu datang? Seperti apa tandanya?

Kehidupan ii saat ini jika dibandingkan dengan masa 5 tahun sebelumnya sangat berbeda jauh, dari segi apapun itu. Untuk sekedar merasakan sebuah ketenangan saja sangat susah didapatkan sekarang. Semua hal dalam hidup saat ini dirasa instan, sangat mudah mendapatkan sebuah kuantitas yang tanpa adanya kualitas. Waktu berjalan seperti menaiki pesawat jet, cepat dan berlalu begitu saja tanpa adanya makna dan kualitas.

Inikah yang dinamakan dengan hidup? Atau inikah dunia?
Alloh, panggilah hamba untuk berpulang dengan cara yang baik serta dalam balutan iman dan islam kepada MU