Selasa, 11 November 2014
Rabu, 08 Oktober 2014
bidadari pemangku syurga
Entah
berapa lama lagi sisa amanah usia ibuku, mamahku, nenekku dan terlebih usiaku.
Yang jelas akan menjadi apa ii hari esok jika Alloh menghendaki usia lebih,
takkan sedetikpun ii biarkan mereka para bidadari pemangku syurgaku terpanggang
kembali oleh matahari. Cukup hari kemarin dan hari ini saja mereka merelakan
kulit lembutnya bermandi peluh untuk anak-anaknya.
When The Day Comes by Nico & Vinz
I'm ready for war
Come into town and I'll hide you on the rise
In the city of gold
Fighting the tower with my feelings aside
When it's 2 in the night
The fire's in my heart is gon' keep me alive
And I'm ready for war
The voice in my head
It's telling me that I should stay in my bed
Cause it's 2 in the night
Why can't I sleep when it's 2 in the night
Cause the fire in my soul, hey
The fire in the soul got me ready to fight
And I'm ready for war
Come into town and I'll hide you on the rise
In the city of gold
Fighting the tower with my feelings aside
When it's 2 in the night
The fire's in my heart is gon' keep me alive
And I'm ready for war
The voice in my head
It's telling me that I should stay in my bed
Cause it's 2 in the night
Why can't I sleep when it's 2 in the night
Cause the fire in my soul, hey
The fire in the soul got me ready to fight
And I'm ready for war
III
Climbed the streets
And I found my way over
You know I've been so lost in translation
Like I'm fighting for truth in Babylon
Tryna find my peace in this zone of war
IV
Even when the day comes
Even when the day comes
Even when the day comes
Even when the day comes
Even when the day comes
Even when the day comes
Even when the day comes
I'll be ready when the day comes
I'm ready for war
I'm ready for action, now watch me kick in the door
But what if the day comes when we go from sun to monsoon
Who can I run to, run to, run to
Will you be loyal, will you be true when I need you
Say
Back to III, IV
Even when the sky comes falling down
I'll be ready when the sky comes falling down
Today
I will march for me
Today
You will march for you
We raise our arms and hope for better wins
We fight a million battles every day
I don't wanna see us falling
So we just gotta keep on running
Even when the day comes calling
I'm ready to march
Back to IV
Jumat, 03 Oktober 2014
a dream high
Selamat
Hari Arafah, semoga jemaah haji di Makah Al Mukaromah sana selalu diberikan
kesehatan, kekuatan dan keikhlasan dalam melaksanakan wukuf esok dan
ibadah-ibadah lainnya. Semoga saya disini segera mendapatkan ridho Alloh untuk
segera menunaikan rukun Islam ke 5 tersebut, aamiin Allohumma aamiin. Di catatan
tabel saya, jadwal menginjakan kaki di tanah suci itu sebenarnya tahun depan,
iya tahun 2015. Sedangkan hari ini belum ada persiapan apapun untuk menuju
kesana, kata Ust. Dudi barusan “bermimpilah sebab bermimpi itu geratis” semoga
Alloh meridhoi. Bukan apa-apa, saat ridho Alloh memag sudah kita kantongi besok
pun bisa untuk bisa ikut wukuf di arafah (ini semisal) hehee
Bisa
dilihat lah saat ini, waiting list untuk dapat mewujudkan rukun islam ke 5 itu
sudah hitungan tahun itu artinya jumlah orang kaya di Indonesia yang sadar akan
Tuhannya semakin banyak bahkan di dunia. Ibadah haji memang gratis, namun
karena letak kita yang begitu jauh dengan Ka’bah lah yang menjadikan ibadah
haji tersebut menjadi mahal, ya semua itu tentang akomodasi, transportasi dan
konsumsi tentunya :D
Selain
itu jika dilihat secara jauh pula ibadah haji tergolong kedalam ibadah yang
berat. Bukan hanya berat di ongkos saja, melainkan tentang sejauhmana kebenaran
tauhid kita kepada Alloh. Bukan berarti karena kita secara geografis dengan
Alloh di Baitulloh bisa jauh dari potensi-potensi untuk musyrik dan ria. Bukan.
Lihat saja, diluar negeri sana tidak ada gelar H (Haji) dan Hj (Hajjah). Hanya
di Indonesia saja yang menggunakan gelar tersebut bagi seseorang yang telah
selesai melaksanakan ibadah haji di Mekkah. Belum lagi tentang persoalan syirik
lainnya yang berpotensi terjadi di tanah Mekkah sana dan seusai kembalinya ke
tanah air.
Jadi
ibadah haji itu memang suatu ritual ibadah tertinggi, dimana seorang hamba
diuji secara material dan spiritual.
Dari
sini jadi selalu teringat tentang obsesi saya untuk menjadi muslimah kaya. Saya
tidak ingin memperkaya diri sendiri untuk kepentingan pribadi, tapi saya ingin
memepermudah segala jalan untuk lebih taat pada Tuhan saya, Alloh. Sejak duduk
di bangku Aliyah mindset ini tertanam, bahwa saya harus kaya. Mindset itu
datang bukan daridoktrin oranglain, malainkan dari pengalaman pribadi yang
menjadi pelajaran berharga dalam hidup.
Saya
sadari dengan sepenuh hati bahwasanya saya bukan berasal dari keluarga kaya
raya, hanya anak guru yang golongannya jauh dari epselon 1 jadi tidaklah
mungkin dalam sekejap mata saya bisa langsung dapat bergelimang harta tanpa
usaha keras. Saya bukan Paris Hilton :D Bahkan seorang Paris dan Niky Hilton
pun yang sudah dijamin kaya tuju turunan mereka masih giat untuk bekerja
mengumpulkan harta, ini sisi positif yang patut kita tiru. Maka dari itu bapa
dan mamah ingin mewariskan harta yang hingga sampai mati pun kekayaannya masih
tetap mengalir, ilmu. Pepatah mengatakan “terlahir
miskin itu wajar, yang tidak wajar itu ketika mati masih miskin” kurang lebih seperti itu lah... setidaknya
untuk motivasi diri sendiri.
Jadi
4 tahun duduk di bangku kuliah bahkan lebih adalah bukan persoalan bagaimana
nanti saya mudah menjadi PNS, bukan. Melainkan bagaimana saya bisa memandang
sesuatu yang berbeda dengan cara berfikir sedemikian rupa agar tujuan-tujuan
saya tercapai. Jika bekerja hanya untuk makan dan mendapatkan uang yang banyak,
monyet di simpang jalan mereka pun bisa, tapi bagaimana kita dituntut untuk
dapat merubah sebuah pola pikir lama untuk memperbaiki keadaan.
Sebenarnya
untuk menjadi kaya tidak harus lulusan sarjana, entah berapa puluh kali saya
ucapkan kalimat tersebut. Berhubung kita tinggal di negara yang ijazah adalah
segalanya, jadi mau ataupun tidak mau kita harus mengikuti sistem yang ada.
Saya berani bertaruh, bahwa tidak ada seorangpun orangtua yang menghendaki
hidup anaknya lebih susah dari mereka. Itu alasan mereka menyekolahkan tinggi
anak-anaknya agar mendapatkan pekerjaan dan gaji yang layak. Jadi kalau kita
tata tujuan dan harapan orangtua pada anaknya secara berderet, secara
tidak langsung orangtua hanya menghendaki anaknya yang lulus perguruan tinggi
itu menjadi “mesin” bukan menjadi manusia.
Sejatinya
pendidikan adalah yang mampu membawa manusia ke arah lebih baik, yang lebih
memanusiakan manusia. Jadi untuk apa sekolah setinggi langit jika ahirnya harus
turun ke bumi untuk menjadi mesin? Sungguh sangat membuang waktu saja.
Jadi
teringat perkataan dosen ketika kuliah pagi “ bahawasanya pintu rizki itu ada
11, 7 diantaranya adalah menjadi pengusaha”. Sip! Berlomba-lombalah untuk ini
teman-teman, mencari 7 pintu tersebut. Kita lihat pada Sirah Nabawiyah,
Rosululloh menjadi saudagar kaya melalui berniga, begitu pula sahabat-sahabatnya.
Disanalah para rosul dan para sahabat dapat membagi waktunya untuk berdakwah
serta berniaga, sebab waktunya tidak hanya terbagi saja untuk urusan dunia.
Pernah seorang calon magister muda berkata “dengan berniaga, kita mampu
mengukur batas sejauh mana kita akan kaya” jadi istilah perbandingan ikhtiar
dan hasil dalam berniaga itu benar-benar terlihat.
Sedangkan
di Indonesia, jumlah pengusaha baru mencapai 0, sekian % dari jumlah ideal 2%.
Jadi masihkah kita beramai-ramai mengejar lowongan pekerjaan jika didepan mata
rizki telah Alloh siapkan?
Memang
tidak ada larangan untuk menjadi seorang pegawai, setidaknya jika kita mampu
menciptakan lapangan pekerjaan sendiri mengapa harus menunggu panggilan kerja?
Toh banyak keuntungan yang kita dapatkan, kita mampu menanam kebaikan untuk
orang lain itu salah satunya.
Realistislah
didalam hidup, berusaha semampu kita untuk sempurna didalam menjalani hidup
Insya Alloh dunia yang akan mengikuti kita. Menjadi kaya bukan berarti
mengorbankan waktu beribadah, menjadi kaya bukan berarti harus mengorbankan
ilmu, menjadi kaya adalah tentang sebuah keikhlasan kita bekerja tanpa
menghilangkan nilai-nilai kebaikan.
Labbaika Allohuma labbaika,
labbaika laa syariika laka labbaik, innal hamda wa ni’mata laka wal mulka laa
syariika laka
Kamis, 02 Oktober 2014
celebrating batik
Selamat siang,
ini tanggal 2 Oktober dan hari Batik Internasional.
Perasaan tahun
lalu pernah posting sesuatu di hari Batik, bukan sesuatu yang spesial sih tapi
hari itu berasa baru kemarin, ketika hati sedang patah rapuh berantakan
ahahahahaa. Dan hari Batik tahun lalu dengan tahun ini masih sama, skripsi
belum juga selesai dan masih menjadi pengangguran yah.. yang gini gini saja. Oya,
ini definisi pengangguran menurut kebanyakan orang loh yah.. saat seseorang
belum terikat oleh pekerjaan dan memiliki gaji yang tetap hahahaa saya ketawa
lagi.
Berbicara
tentang batik hari ini, batik sudah bukan lagi menjadi pakaian kaum bangsawan. Fashion
batik hari ini sudah sangat beragam, bukan sebuah pakaian resmi lagi yang hanya
dipakai ketika saat kondangan atau hari besar saja. Variasinya sudah sangat
beragam dari sepatu Batik hingga ujung kepala, jilbab ataupun ikat rambut yang
bermotif batik. Jadi sudah tidak ada alasan lagi untuk enggan menggunakan
batik. Kalau bagi saya sendiri, kain batik adalah budaya warisan ti nini.
Ga tau
mau nulis apa sebenernya disini.
Sabtu, 27 September 2014
duhai hati yang patah, aku masih punya Alloh
Tidak
semua manusia mampu berdiri di garda depan, ada kalanya manusia tidak
mendapatkan semua apa yang ia inginkan.
Layaknya
super star, dia tidak akan terkenal tanpa adanya para penggemar yang bertepuk
tangan dibelakangnya. Yah, saya memahami betul itu dan saya menyadari pula
posisi saya saat ini atas semua ikhtiar yang selama ini saya lakukan.
Dalam
kesakitan hati ini, mulut sangat mudah berucap ikhlas namun hati masih belum
berhenti menatakan rasanya agar senada.
Iya,
sekali lagi saya fahami betul akan hal itu. Jika Bandung-Yogyakarta terasa begitu
jauh untuk kembali menorehkan cerita manis, mungkin Alloh telah menyiapkan
skenario baru yang lebih indah. Ini saatnya saya untuk kembali menyempurnakan
ikhtiar dan meningkatkan kembali kualitas diri.
Semoga
hati akan lebih mudah menerimanya, Bandung 2014
Langganan:
Postingan (Atom)