Minggu, 25 September 2011

Lingkaran Setan, Jumat Malam

Hidup ii hari ini, habis dikampus dari jam 07.00 sampe 17.10 sore, mantap sekali bukan???? Tapi jam kuliah antara 13.00-14.40 tidak layak untuk disebut bahwa waktu itu disebut sedang kuliah, sepanjang waktu kita hanya bermain-main saja, perang kata dikertas adu mulut dan saling gencet menggencet tak peduli dosen berceramah begitu khusuknya didepan, kalo ii sesekali mendengarkan ma nulis sih, hhe. ( udah janji buat berubah soalnya, hahahaha). Tapi hari ini kuliahnya gak full, Cuma sampe setengah 5an saja. Sekeluarnya dari kampus ii sempatkan ke sekre dulu, ngobrol bentar ma fikri sekalian ngambil baju.
Jam 17.05 diterminal Ledeng, tapi bis baru datang sekitar 15 menit kemudian dan itu pun bis yang di bawa ma bapak-bapak sekitar usia  45/50an yang masih sangat terlihat muda dan maunya dipanggil abah, hobi banget pake topi koboi ma rompi item dan berkumis tebal, dia ma ua Ohar (tetanggaku) seakan-akan pinang dibelah dua banget, eh bukan ketang tapi kaya pinang di fotocpy ketang, hhe.
Sampai Tegallega sekitar 18.30an, karena ii lagi dapet jadi ii lanjutkan perjalanan naik angkot menuju ke rumah tanpa mampir sholat maghrib dulu. Didalam angkot, sopir ma calonya riweuh ngobrolin jalanan Palasari yang macet total sehingga banyak angkot yang telat masuk terminal Tegallega. Agh! Firasat ii udah buruk banget, pasti jalanan bakal diputer-puter atau ii bakal jalan kaki dari Palasari nyampe rumah, aaaaaaaaaarrrrrrrrrggh!!!! Si Calo juga masih memberikan arahan-arahan dan gambaran (kaya dosen aja :p) ke sang sopir kira-kira jalan mana yang akan dijadikan alternetiv( ih, bego banget ya sopirnya mau diarah-arahin gitu) ups maaf.
Gak lama angkot langsung jalan meski muatan belum penuh. Kebanyakan yang naik angkot waktu itu mahasiswa UPI, sebagian jellas banget terlihat mereka MARU dan 3 orang sisanya termasuk ii semester 5. Sesampainya didepan PT INTI naik seorang penumpang perempuan, yang wajahnya gak asing lagi buat ii, tapi gak tau namanya dan gak tau siapa, hhe sama saja toh??? Dandannya menor tapi gak norak, pake sepatu hak tinggi, jilbab modis dan 2 plastik besar belanjaan, melihat dari merk tas belanjaannya sepertinya habis berbelanja di Yogya Kepatihan dalam hati ii salut banget “hebat ya ni ibu, ahir bulan tapi masih bisa belanja sebanyak itu”.
Dan ternyata presiksi calo angkot tadi tepat, palasari macet total gak bisa gerak kaya macet di Cileunyi atau Nagreg kalo lagi musim mudik. 2 menit 5 menit mungkin masih bisa sabar, tapi ini hampir 15 menit, aduuuuh mak lapeerrrr haus pula. Ahirnya ii turun dari angkot dan melanjutkan jalan kaki, ternyata hah??? Kaget, ini baru di pabrik Ceres dong ( sebelum jalanan Palasari) itu artinya masih jauh ke rumahnya, tapi ga apalah daripada duduk diem di angkot. Dan ternyata ibu tadi juga mengikuti jejak ii buat turun. Si ibu tadi udah jalan duluan sedangkan ii masih menunggu kembalian dari mang angkotnya. Jalanan bener-bener padet, hanya satu arah yang dapat bergerak. Ii berjalan dipinggiran bersama pejalan kaki yang lain, sebelah kiri ada solokan yang mungkin tidak terlalu dalam tapi airnya lumayan deras dan itu air limbah pabrik sebelah kana nada pemandangan kendaraan yang berderet tak bisa bergerak seakan kehabisan bensin dengan sesekali motor menerobos lewat yang sangat membahayakan pejalan kaki.
Tak lama langkah kaki ii bisa menyusul si ibu tadi hingga persis di belakangnya.
Dari arah kejauhan terdengar suara gemuruh motor yang ujungnya tak mengenakkan banget buat ii, bruuuum…. Siiiiiiiiiit, gubraaakkk….
Motor itu mendadak ngerem. Sebisa mungkin ii menahan tubuh ii agar tidak terjatuh ke solokan limbah itu dengan melangkahkan kaki tapi apalah daya kaki tak sampai hingga ahirnya ii tersuntrung juga dan jatuh ke solokan dengan posisi jatuh yang gak banget.
Damn!!!
Jadi posisinya miring dengan sebagian badan,tangan dan kaki masuk solokan dan yang sebagian lagi diatas, gak banget bukan???
Dan nasib si ibu tadi lebih parah, semua belanjaannya jatuh ke solokan dengan posisi jatuhnya nangkub, sehingga semuanya basah kuyup tak tersisa.
“ eee koplok siah, kadieu tong kabur mane!!!!” umpat ibu tadi
Ii Cuma diam mencoba bangun dan membersihkan diri, dan wahhh!!! Jahitan rok ii sobek sampe sebatas lutut, untung ii masih make laging panjang sehingga tida terlihat kaki ii.
“ ih dasar setan tu anak” umpat ii dalam hati.
Sipengendara motor tadi membonceng cwenya, mereka tak luka sedikitpun Cuma roda depan motornya saja yang masuk solokan menabrak si ibu tadi.
“ ai mane teu boga mata atanapi teu boga otak? Keur mararacet kie kalah ugal-ugalan dijalan. Tanggung jawab sia!!!”
Dari trmpat ii sekarang terdengar suara ibu tadi masih mengumpat seeneknya.
“ maaf bu, saya lagi buru-buru. Lagian ini gara-gara cewe itu. Dasar biang!!!!”
Si cowo itu mengarah ke ii
Hah?? What you say??? Kau ngatain ii biang?? Kau kira ii gak tau artinya biang?? ( ada untungnya juga gaul ma alya, hihihihihi)
“ heh maksud kau apa? Dasar bagong!!!!” ii ikut ngomong kasar
“ sia anjing, ngatain aing bagong!!” dia bales lebih kasar. Dasar cowo sarap!
“ trus rek naon atuh lain bagong? Ngan awakna nu badak tapi teu boga otak, babi mau?” kata-kata itu muncul reflek dari mulut ii secara spontan. Rada nyesel juga
Dan orang-orang sudah berkerumun disekitar kita, ada yang berniat melerai kami dan ada pula yang membantu si ibu yang riweuh ma belanjaannya. Kemacetan dan kesemrawutan lalulintas sudah tak bisa dihindari, yang tadinya hanya sebagian yang macet total sekarang semua arah macet hingga ahirnya polisi jalan yang sedang bertugas menghampiri kami.
“ ada apa ini??” Tanya salah seorang polisi dan polisi yang lainnya mencoba membubarkan masa dan mengatur lalin.
Singkat cerita, kami harus menyelesaikannya dikantor polisi.
“ udah ah pak ga usah, disini saja. Da saya Cuma lecet sedikit saja” ii meminta
“ ih atu neng biarin aja, biar dia tanggung jawab” si ibu kekeuh
Kami ber empat dinaikkan ke mobil polisi berikut motor si cowo itu, (kok ber4?) . iya kan ii , ibu tadi, cowo tengik itu beserta cewenya. Kita jalan muter menghindari macet menuju polsek dayeuhkolot, hahaha ada untungny juga jadi gak usah jalan kaki jauh-jauh buat nyampe rumah, hiks tapi harus brurusan dulu ma polisiL
Motor CBR nya membatasi kami, ii ma ibu-ibu naas tadi duduk bersampingan, sedangkan mereka berdua duduk diseberang. Deg! Motornya ada stiker zipurnya, dia pasti anak tentara bayangan ii. Ah biarin, toh dia yang salah Cuma kebetulan aja ii jalan di paling ahir, padahal didepan ii juga banyak orang-orang yang jalannya gak teratur, jadi deh ii jadi tumbalnya.
Sesampainya di kantor polisi ii masuk duluan dan duduk didekat meja piket siap untuk di interograsi. Sedangkan ibu tadi ke kamar mandi membersihkan belanjaannya dan bajunya.
“ eh, mba damang?” sapa polisi yang duduk di balik  meja piket, karena bliau tau ii orang jawa makanya menyapa dengan panggilan mba
“ Alhamdulillah pak”
“ bapak damang? Tos lami teu ameng ka bumi nuju sibuk naon bapak??” lanjut bapa itu
“Alhamdulillah pangestu, nuju sibuk persiapan proposal pak”
Dari samping dateng ibu tadi dari kamar mandi, dia sudah melepas jaketnya. Dan ternyata dibalik jaket hitam itu ada seragam KORPRI.
Buseeet, kaget ii. Ternyata dia PNS lebih tepatnya kepala sekolah. Dia guru kedua yang berkata kasar didepan umum yang ii temui setelah yang pertama guru songong nunjuk-nunjuk ii seenaknya di sekre dulu. Setelah ngobrol panjang lebar disitu ternyata nama ibu tadi ibu Euis teman bapak ii juga.
Tak lama si pemilik motor CBR tadi masuk, polisi yang sedang piket kaget ternyata kedatangan kita ber3 karena kasus pembikin onar dijalanan. Kita di interograsi bergantian, dan yang mendapat kesempatan pertama adalah bu euis, belum selesai bu euis berkata si cowo yang bernama Rian itu memotong
“ ya itu gara-gara dia pak (nunjuk ke ii) bikin kagok, jalannya juga sempit” nada bicaranya tinggi
“heh tau diri dong bung, jelas-jelas ii jalan di pembatas jalan dengan solokan. Kalo bawa motor jangan pecicilan udah tau lagi macet gitu” bela ii
“sudah-sudah, belum jatah kalian bicara. Lanjutkn lagi bu euis” polisi itu menengahi
Belum sempet bu euis membereskan kesaksiannya, ayah Riah dateng dengan seragam lengkap tentara. Ih dasar cemen banget tuh cowo, Cuma ginian aja bawa2 orang tua segala. Emang gak salah ii ngatain dia bagong. Hebohnya lagi babehnya Rian itu kepala Batalyon B yang suka main ke rumah kerjasama Paket C si babeh ii ma Zipur.
Oh no… kaya lingkaran setan banget ni nasib.
Seketika pak shahibun yang orang jawa itu langsung ngenali ii,
“lho nduk, disini?”
“iya pak”
Semua yang disitu bengong semua, ih asli lah kaya sinetron banget ini kurang si surti aja kayanya.
Ahirnya kejadian ini diselesaikan secara kekeluargaan, pak shahibun ganti rugi atas belanjaan bu euis yang semuanya rusak. Dan nasib luka lecet ii ditangan ma kaki ii cukup mendapat perawatan dari POLSEK. Itu aja udah cukup kok buat ii daripada perasaan ii yang sedari tadi dag dig dug gak jelas, takut nama ii masuk dalam buku hitam, oh naudzubillah.
“ bapak, tadi Ryan ngatain ii biang lho pak” adu ii ke pak shahibun, ii hanya masih gak terima aja dikatain biang ma dia
“ya dia juga ngatain aku bagong coba yah” mencoba mengelak
“ wah masa sih?”
“ iingatain bagong karena dia ngatain ii biang dulu, dan mungkin kalo dia gak ngatain ii biang ni acara gak akan manjang gini”
“memangnya kamu artinya biang nduk?” Tanya pak shahibun sedikit bercanda
“ ya tau lah pak, temen ii banyak kok yang orang batak”
Hahahahahaha, semuanya hanya tertawa. Rian Cuma nunduk saja.
Bu euis dianter pak shahibun dan rian, sedangkan ii dibonceng satpam POLRES nyampe rumah.
Cukup sudah untuk pengaplikasian sinetron dalam kehidupan sehari-hari kali ini J
Huft….


Tentang Rasa…

Sabtu,
07.35 ii baru bangun tidur, itu kebiasaan ii kalo lagi dapet haid plus libur ataupun setelah shalat subuh kembali melanjutkan petualangan lagi ke negri mimpi. Keluar dari kamar yang ii temui hanya suara dentingan jam dinding yang saling beradu mata tertuju ke seluruh penjuru tapi tak satupun mahluk ii temui, berdiri sejanak di balik kaca jendela dan pagar sudah tergembok itu artinya semua penghuni rumah sudah pergi ke tempat aktivitasnya masing-masing, Bapak ke sekolah, mamah ke tempat kerjanya dan adek juga sekolah.
Pagi ini terasa sekali dinginnya, entah cuaca yang sedang tidak bersahabat ataukah tubuhku yang rentan sesekali punggung tangan juga ii tempelkan ke jidat dan ternyata demam semalam masih menyisakan jejaknya. Ii ambil remot dan biasa chanel favorit yang ii tuju tiap pagi menemani Jessica, olga dan Raffi. Cuaca dirasa semakin dingin saja dan demam juga makin terasa ditubuh namun badan berontak untuk segera dipenuhi haknya lalu keputusan terahir adalah menghangatkan air untuk mandi. Sambil menunggu air mendidih, sesekali melanjutkan mentranslete tugas hambatan majemuk yang semalam terputus begitu saja.
Tiba-tiba ada rasa yang berbeda di hati, seketika kelopak mata sudah tergenangi oleh airmata yang siap jatuh membanjiri wajah pagiku. Sesosok wajah sepuh dengan seluruh rambut yang kian memutih, ii pejamkan mata berharap agar bayangan itu hilang tapi dirasakan aura itu semakin dekat dan mendekat, otak ii menjelajah kea lam masalaluku “ ketika ii sedang demam seperti ini pasti dengan otomatis nenek ii akan menghangatkan air untuk ii mandi, merapikan tempat tidur agar setelah mandi ii bisa langsung istirahat, memilihkan baju hangat plus kaos kaki serta minyak kayu putih, membalur badan dan kaki agar lebih hangat”. Masih banyak dan banyak lagi, sekarang ii melakukannya sendiri, tapi seakan wanita sepuh itu sekarang sedang mengawasi ii melakukan pekerjaan itu.
“ nenek, ii kangeeeen…”
Setelah mandi, seluruh badan dan kaki ii balur sendiri dengan minyak kayu putih. Kehangatann masa lalu itu seakan hadir kembali saat ini. Dan teringat, sekarang budhe ii lagi di Cimahi, benarkah dia setega itu akan langsung kembali ke Banjarnegara tanpa menyapaku terlebih dahulu disini???? Ah, sedih sekali aku ini. Tak bisa kemana-mana pula. Nekat saja ii telp ke Cimahi berharap bisa bercakap dengan budhe, Alhamdulillah, ii tau beliau takan setega itu jauh-jauh datang ke Bandung keliling Padalarang, Cimahi, Soreang tanpa menyapaku disini. Ada sedikit secercah senyum diwajah J
Pakaian kotor dikamar semakin menggunung, 3 minggu sudah tidak dicuci. Hueeeeek. Mamah Uya yang biasa mencuci dirumah juga 2 minggu sudah tak datang, ya mau tak mau harus ke laundry. Ternyata laundry komplek mahasiswa Telkom lebih murah daripada mahasiswa UPI, hihihi lumayan kan irit tenaga plus waktu J
Sepulang dari tukang laundry, gak ada motor si Mas diteras, sedikit kecewa pula, budhe gak jadi ke rumah ka? Sedih L
Ii kau salah!!!!
Setibanya dipagar rumah, budhe sudah siap menyambutku dengan senyum, hatiku bahagia tapi sedih. Rasa rinduku yang membuncah ini hanya akan sembuh dalam semalam saja, tapi esok pagi akan kembali seperti semula bahkan akan lebih parah mungkin.
Menconba mengumbar senyum di muka, tapi lelah. Hati ii sakit budhe, entah kenapa. Ada setumpuk cerita yang ingin ii bagi bersamamu, tapi tak tau harus darimana mulainya. Sebisa mungkin ii gak nangis didepan budhe. Ternyata rasa sayangmu ke ii masih belum berubah, masih seperti yang dulu, hangat ketika dekat denganmu.
Maaf budhe, bukan berarti ii menjauh darimu karena ii benci. Tapi ii takut budhe, ii mu yang sekarang ini ii yang penakut. Ii takut akan lebih sakit esok pagi ketika berpisah denganmu makanya mala mini ii menjauh. Semakin ii menjauh semakin ii merasa bahwa ii yang sekarang ii yang begitu bodoh, orang lain dengan sepenuh hati datang ingin berjumpa denganmu ini malah menjauh. Maaf budhe, maaf, ii hanya bisa memandangmu dari jauh. Ii juga merasakan rindumu yang mungkin sama, tapi maaf budhe…
Dan pagi ini, ada kehangatan dan kebahagiaan dalam diri ii. Bisa mengawali hari dengan bersungkem kepadamu seperti dahulu.
Budhe hati-hati di jalan, titip rindu pula untuk nenekku disana…

Selasa, 20 September 2011

30 Agustus 2011/1 Syawal 1432H, 14:53

Suatu saat, ii pernah memohon, “Ya Allah, hentikan waktu detik ini juga”
Entah karena alasan apa, sontak hati memohonkan demikian, mata terpejam mengaminkannya, namun akal sehatku berontak “ Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi umatNya”
Jika sedang bahagia, terkadang manusia lupa dengan TuhanNya dan Seakan-akan menjadi raja.
Mr. syabi, kau yang membuatku bertingkah demikan saat itu.
Taukah kau begitu bahagianya ii saat itu ketika sedang “meneguk” ilmu darimu sehingga berharap Allah menghentikan waktu.
Simpul-simpul rumit tentang perjuangan sedikit demi sedikit telah terurai, jalan terang yang selama ini aku cari telah ditemukan pangkalnya tapi kenapa kau masih saja tak tahu????
Saat itu juga aku mengaku kalah darimu.
Mundurku bukan karena aku sebagai pecundang, melainkan sebagai pejuang yang kesiangan, (hehe apa bedanya coba???)
Ii rasakan patah hati untuk pertama kali dalam hidup, bukan karena ii tak mampu.
Tapi, ii malu padamu.
Malu karena tak mampu sebaik dirimu
( “… biarkan ii mundur dengan sendirinya, mundur karena ii tahu kau terlampau baik untuk ii. Bukan karena ii kecewa padamu”)

Syair tentang hujan dari Budi

Tetes hujan yang melambai dikaca jendela, ia mencari alamat sungai
Aku mencari alamat hatimu
Kutemukan telaga; sebuah genangan sunyi,
 tanpa ombak tanpa nyanyi
Lalu ku tenggelam dalam bening puisi
Itulah yang istimewa tentang dirimu,
Ketika segayung hujan membasuh telapak tanganmu
Aku terhanyut disitu
Lautan teduh dirimu
(Ii dapet syair ini pas tanggal 17 Ramadhan 1432 H/17 Agustus 2011. Waktu itu ii lagi ada acara tadarus Nasional di mesjid deket secretariat DPP ITMI, dan hujan juga turun begitu derasnya sesaat.
Sejak di Aliyah, ii benci banget ma hujan. Tapi entah kenapa saat hujan turun di sore itu ii begitu bahagianya, seakan-akan kesenangan dan kebahagiaan telah kembali pada tuannyaJ.
Makasih…)