Minggu, 21 Agustus 2011

Minggu, 07 Agustus 2011

Metamorfosa Ramadhan

Untukku dan untuk orang yag aku cintai,
Kupesembahkan
Metamorfosa Puasa
Kemarin..
Banyak telur-telur takabur,
Kata-kata berulat jahat berbulu khianat
Segerbong kepompong sombong
tejebak dalam lorong-lorong gelap
Sekarang... tatkala Ramadhan datang
Secercah cahaya membelah malam
Kupu-kupu tawadhu lahir sambil berzikir
Menggerakkan sayap-sayap maaf
Bermetamorfosa menuju Taqwa...



ii dapet kata-kata ini kemaren dari sebuah baliho di mantan SD Alya di Antapani
Keren kan?? hhe :)


Jumat, 05 Agustus 2011

Bahasa Ibu, Kalo bukan kita yang akan melestarikannya, lantas siapa lagi??

Indonesia dengan Negara beribu pulau dan kepulauan tentunya memiliki berbagai  macam suku bangsa, adat serta budaya yang disebut juga multicultural. Dari perbedaan tersebut, lahirlah Bhineka Tunggal Ika hasil pemikiran Empu Tantular pada Zaman Kerajaan Majapahit yang kini digunakan sebagai wahana pemersatu bangsa Indonesia yang artinya berbeda-beda namun tetap satu.
Sangat tepat bagi kita sebagai kaum muda bangsa Indonesia yang disebut-sebut sebagai tulang punggung bangsa untuk memupuk serta menjunjung budaya kita. Meskipun saat ini kita berada pada era globalisasi, bukan berarti kita meninggalkan budaya dan jati diri kita. justru, inilah adalah saat yang tepat bagi kita semua untuk mempererat benteng budaya kita dengan adanya globalisasi itu.
Berbicara tentang budaya, memang bukanlah persoalan yang mudah namun sepele. Sebab sifat dari budaya itu yang global dan yang perlu diperhatikan bahwa budaya adalah sesuatu yang dinamis bukan statis jadi keberadaan budaya itu sendiri menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang ada, lain halnya dengan adat maupun kepercayaan. Hal tersebut dapat dilihat dari pengertian budaya itu sendiri yaitu ……………………………………………. . jadi sangatlah jelas terlihat bahwa komponen dari penyusun budaya itu sendiri adalah hasil pemikiran dari manusia, dimana manusia selalu berkembang didalam hidupnya. Tidak menutup kemungkinan pula jika suatu saat kita yang menciptakan budaya itu sendiri J, tentunya dengan landasan ilmu yang memadai juga.
Tidak harus dengan cara yang berlebihan dalam menjunjung budaya serta adat kita, dapat kita mulai dengan hal terkecil dalam hidup kita misalnya dengan bahasa. Dalam kehidupan kita sehari-hari tentulah kita tak pernah lepas dengan yang disebut bahasa. Bahasa merupakan media untuk berkomunikasi antar sesame manusia, karena kita hidup dinegara yang multicultural itu berarti di Indonesia sendiri memiliki berbagai macam bahasa dan untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang berbeda suku itu kita memilki satu bahsa pemersatu yaitu bahasa Indonesia sebagaimana telah dicetuskan dalam Sumpah Pemuda …………. . walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai media pemersatu bangsa namun tidak sepantasnya kita melupakan bahasa daerah kita atau yang disebut juga dengan bahasa ibu. Dewasa ini Banyak kita jumpai warga Negara Indonesia yang sudah kehilangan identitasnya dalam berbahasa dengan dalih tuntutan zaman. Kurang menggunakan bahasa ibu dalam berkomunikasi dalam komunitasnya bahkan ada yang sama sekali tidak mengenal bahasa daerahnya, dan ketika berbahasa Indonesia pun sudah tidak sesuai dengan kaedah Bahasa Indonesia yang ada kadang mencampur adukan dengan bahasa gaul, bahasa asing maupun bahasa ibu dengan dicampur bahasa Indonesia. Itu sudah terjadi pada anak-anak hingga kalangan orang dewasa. Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai generasi muda untuk menyelamatkan budaya/bahasa kita ini? Survey membuktikan bahwa setiap tahunnya ada 1 juta bahasa yang hilang didunia. Yang menjadi pertanyaan apakah bahasa itu hilang karena bencana ataukah musnah karena evolusi? Jawabannya adalah, Karena adanya penghilangan bahasa itu sendiri oleh manusia.
Kunci dalam mahir berbahasa adalah ketika menggunakannya dan akan sebaliknya jika kita tak pernah menggunakannya. Mungkin itu yang akan terjadi pada bahasa ibu kita, akan hilang karena tidak pernah digunakannya seperti pepatah JAwa mengatakan “witing tresno jalaran soko kulino, yang artinya cinta berawal karena terbiasa. Begitu pula dengan bahasa ibu, kita akan mencintai bahasa ibu jika kita terbiasa untuk menggunakannya. Sugesti tentang pentingnya bahasa ibu akan tepat diterapkan pada seseorang yang masih anak-anak, sebab kepribadian seseorang akan mudah dibentuk ketika mereka masih kanak-kanak. Yang terjadi saat ini adalah anak-anak oleh orang tuanya sudah dikenalkan dengan bahasa Bahasa Indonesia bahkan bahasa asing bukan bahasa ibu dengan alasan sang orang tua ingin disebut sebut sebagai orang tua yang modern. Secara psikologis, hal tersebut memang biasanya akan berpengaruh pada perkembangan mental anak setelah dewasa, anak akan mudah bergaul dan percaya diri namun secara tidak langsung mengurangi wibawa orang tua terhadap anak. Sebab didalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa asing, tidaklah dikenal istilah unggah-ungguh bahasa maksudnya semua kata maupun kalimat sama saja entah itu ditujukan untuk orang yang lebih tua usianya daripada dia untuk sebayanya maupun untuk yang lebih muda darinya, dibeberapa daerah bahasnya memiliki kedudukan seperti itu. Secara tekhnis memang sedikit rumit, namun jika orangtunya telah menenemkannya sejak dini kepada anaknya maka tidak ada alasan bagi anaknya jika kelak dewasa untuk tidak mengenal bahasa daerahnya sebab biasanya jika seseorang mempelajari bahasa daerah setelah ia dwasa, maka hasil yang didapatkan tidak akan maksimal sebab pengaruh dari bahasa yang diajarkan oleh ibunya ketika masih kanak-kanak masih akan berperan besar. Sedangkan bahasa Indonesia maupun bahasa asing akan secara otomatis melekat pada seseorang jika dewasa kelak melalui pergaulan. Jika anak telah terbiasa diajarkan untuk berbahasa daerahnya maka tidak susah pula bagi orangtuanya untuk mengajarkan tatakrama karena secara tidak langsung bahasa juga menyiratkan tatakrama/kesopanan.
Selain berbahasa, penanaman nilai budaya kepada anak dapat melalui permainan tradisional yang sekarang sudah jarang digunakan. Sebab permainan-permainan tradisional daerah biasanya mengandung nilai edukatif yang tinggi jika dibandingkan permainan yang ada sekarang yang menuntut anak untuk tetap focus pada satu objek dilayar, berbeda dengan permainan tradisional yang memberikan kebebasan untuk bergerak dan berkreasi sesuai masanya serta menuntut kreativitas yang tinngi sehingga anak akan terasah kecerdasan social serta berkomunikasi dengan orang lain.
Jadi sebagai generasi muda, marilah kita memulainya pada keseharian kita dan orang-orang terdekat dalam upaya misi penyelamatan bahasa dan budaya local Apakah kita akan merasa bangga mengakui budaya serta adat kita jika telah di klaim oleh bangsa lain?

Dilema Kotak Hitung, Keluar-Masuk

Menerima kehendak Tuhan dengan lapang memang lebih indah daripada kita yang memaksakannya.
Tuhan selalu memiliki rencana yang indah untuk kita, yang kita minta belum tentu itu yang terbaik untuk kita tapi Tuhan akan selalu memberikan apa yang kita butuhkan.
Tuhan lebih dekat dari nadi kita, menyatu dalam hati dan jiwa kita yang selalu memiliki rencana-rencana indah dibalik kejadian-kajadian didalam hidup kita.
Yakin, Tuhan itu ada dan selalu berpihak pada kita.
Ketika hari ini kau kecewa karena cinta, Tuhan pun tau dan Dia pun akan segera memberikan yang terbaik untukmu.
Saat kau merasakan kesendirian dalam gulitanya malam, Tuhan tak akan hilang bersama lekatnya malam.
Saat suaramu tak didengar, dan tangis perihmu itu tak ada yang merasakan, kau harus yakin Tuhan itu Maha mendengar.
Tengadahkan tanganmu dengan tulus, kosongkan hatimu dari kesombongan ikhlaskan semuanya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik untukmu dan menggantikan tangismu dengan senyum,
Maka hanya berharaplah pada Tuhan, karena Dia yang selalu setia saat kau dalam sedih dan bahagia.
Tuhan maafkan aku yang selalu berpaling dari Mu,