Kamis, 02 Juni 2011

Pekan Sunyi yang Berbeda,

Kawan, apa yang akan kau lakukan jika libur panjang seperti ini?
Hunting kuliner maupun busana ke factory outlet?
Ikut serta berbondong-bondong bersama orang kota itu memadati jalanan puncak?
Ataukah menghabiskan waktu dipantai sambil menikmati matahari terbenam?
Yap, itu memang sangat menyenangkan.
Tapi tidak bagi ii,
Setiap orang pasti memiliki cara tersendiri untuk untuk memanjakan dirinya disaat liburan panjang, begitu juga dengan ii.
Mengawali libur panjang kali ini berbeda dari tahun tahun sebelumnya dan memang setiap tahun itu berbeda, dapat dikatakan kali ini yang paling sederhana. Untuk kali ini tak ada tour Jawa Barat maupun bakar-bakar jagung ditengah perkebunan teh  Ciater nan sejuk, namun cukup dirumah saja dan sekarang bisa ii terima hal itu dengan lapang.
Yang unik, ii punya cara sendiri menikmati kesendirian menghabiskan liburan dirumah selain mengerjakan tugas-tugas akhir, yaitu menikmati sunset di atap rumah, ya!! Diatap rumah, cara lain menikmati liburan yang baru ii temukan ini.
Terlebih sore ini sangat bersahabat, seakan cuaca sangatlah mendukung, yang biasanya hujan sangat rajin mengguyur disore hari mungkin kali ini hujan pun ingin menikmati indahnya libur panjang sehingga yang tersisa adalah langit biru disore hari, semilir angin sore yang melengkapi sejuknya udara, langit sore yang khas berwarna jingga dan kabut putih yang tipis-tipis mulai Nampak, entah itu betulan kabut ataupun asap polusi sisa-sisa pembakaran pabrik.
Indah sekali, , ,
Seumur-umur tinggal disini baru pernah melihatnya, dan kenapa tak dari dulu saja ii lakukan hal seperti ini?
Ii beranikan diri mencoba berdiri diatas tembok pembatas atap yang sudah mulai lapuk dan lumutan karena dimakan usia, berdiri tegak diatasnya meski tak bisa dipungkiri rasa takut itu mulai menggetarkan badanku. Tapi bonus yang ii dapat dari melawan rasa takut itu mungkin tak bisa ii gambarkan dengan kata-kata,
Subhanallah, indah sekali…
Dari semua sudut arah yang ii lihat adalah bentangan gunung yang indah, dari timur ke selatan, ke barat dan utara..
Warna birunya senada dengan warna langit, damai dipandang. Ketika pandangan mata ii tarik kearah selatan terlihat bentangan gunung di daerah Pangalengan dan ketika ii alihkan kearah selatan, terlihat dari jauh bentuk trapezium gunung Tangkuban Parahu, dimana tahun-tahun sebelumnya selalu ii habiskan liburan di daerah sana.
Indah Ya Allah…
Terlebih tiupan angin yang menyambut  kedatanganku. Ii beranikan melepas tangan dari pegangan besi dan mengambil sikap terbang.
Seakan angin ini mengerti rasa keterkagumanku, sehingga menambah tiupannya dan menggerakkan sweeter yang ii pake berkibar laksana sang saka, kubiarkan sisa rambut yang diikat tinggi beterbangan tak beraturan.
Setengah jam berdiri tegak tanpa kata dan memuaskan lensa kamera saku lantunan ayat suci Al Quran mulai terdengar dari seluruh penjuru, dari sini lantunan ayat suci itu terdengar lebih jelas. Seakan menara-menara, cerobong asap dan gunung-gunung itu sedang mengaji.
Ingatanku kembali ke masa beberapa tahun yang lalu. Dengan dingin yang hampir sama, sekan-akan kakiku sedang menapak di Batur-Dieng Banjarnegara. Yang ketika datang dan tenggelam matahari, gunung-gunung itu bagai sedang mengaji dan tak lama lantunan adzan bergema dimana-mana,
Ah, jadi rindu Banjarnegara ^^



Atap Rumah, 2 Juni 2011

Rabu, 01 Juni 2011

aku hanya ingin kembali Kau cintai


Tanganku kembali menengadah kehadiratMu
Bersimpuh memohon ampun atas segala dosaku
Bersujud berharap kasihMu
Aku yang hina ini datang kepadaMu
dihadapMu diriku tak berarti apapun, tapi didunia aku hidup angkuh seakan Kau tak ada
ketika kesombongan telah membakarku, aku datang mengadu padaMu, berharap masih tersisa setetes embun untuk memadamkannya
Rabbi,
Hanya Kau-lah yang mengaliri darahku, menyatu bersama denyut nadiku
Demi AsmaMu Yang Agung,
Aku datang berharap masih ada maaf untuku
Airmata ini bukan penebus dosaku, tapi aku berharap satu titik ini dapat mendekatkanku padaMu
Aku yang terlalu jauh darimu kerontang tanpa siraman cintaMu
Rabbi,
Kembali cintai aku seperti dulu kala
Semaikan benih taqwa dalam hidupku dan hujamkan iman itu dalam dada
Wahai penggenggam alam,
Aku hanya ingin memutus nafasku dengan kalimahMu
Aku rindu Bertemu kekasihmu bersama senyum diwajahku
Tuntunlah aku untuk dapat hidup dalam jalan imanmu,
Ridhoi aku hidup dalam pelukan cintaMU

Terimakasih Kawan


sosok kecil imut yang selalu mendatangkan inspirasi bagiku.
Kemaren, kembali saya teguk setetes ilmu darinya.
Tentang komitmen, tentang semangat serta tentang prinsip.
Saya sempat bangga dan bahagia ketika bisa duduk sedekat itu dengannya, berbagi cerita, berbagi tawa dan merasakan tarikan nafasnya dengan begitu dekat
Dia selalu menghadirkan harapan bagiku, selalu memberi secercah cahaya ditengah keputus asaanku. Meski itu tak seberapa  baginya namun pengalaman itu ilmu berharga bagiku, bagiku dan bagiku…
Namun, Selalu saja aku datang terlambat, hingga harapan itu memupuskanku
Allah, hanya kau yang tau.
Lindungilah hamba,
Bandung, 6 Februari 2011. Avgi.com,

Seperti Janji Kita Pagi itu


Kuberanikan mengukir namamu dalam page ku, karena AKU masih SAYANG PADAMU.
Dengan tak bisa kupungkiri, isyaratmu pagi itu telah melumpuhkan nadiku, mematiakan gerak kehidupanku.
Bukan karena aku membencimu disaat aku sengaja menjauh darimu, tapi itu karena aku sangat menghormatimu
Maafkan aku, karena itu begitu menyakitimu,
Demi dzat pembawa cinta dan demi rasa sayangku padamu, tak akan sedikitpun kukotori rasa sayangku dengan noktah-noktah duniawi,
Seperti janji kita pagi itu,
Aku akan setia menunggumu dalam kesucian hatiku,
Menanti saat itu tiba,
Yakinlah, disini aku masih setia menunggumu
Menyunting diriku dari ayah ibu


Bandung, 28 May 20111, Syabi.com

Sejarah Tulisan Braille

TANGGAL 4 Januari 1809, hari kelahiran Louis Braille, diperingati oleh dunia internasional sebagai "Hari Braille". Betapa tidak, berkat kelahiran anak tunanetra asal Perancis inilah maka lebih dari 40 juta orang tunanetra di seluruh dunia dapat belajar membaca dan menulis, dan oleh karenanya dapat mengenyam pendidikan sebagaimana rekan-rekannya yang awas.
Usaha untuk menciptakan tulisan bagi orang tunanetra telah dimulai sekurang-kurangnya 16 abad yang lalu, ketika seorang cendekiawan tunanetra Jepang pada abad ke-4 mengukir huruf-huruf pada kayu dan mendirikan sebuah perpustakaan yang cukup besar untuk menghimpun karya-karyanya itu. Hingga awal abad ke-19, orang-orang di Eropa masih memusatkan usaha membantu tunanetra belajar membaca dan menulis itu dengan memperbesar huruf Latin atau Romawi dengan menggunakan tali-temali, potongan-potongan logam, kulit atau kertas, tetapi hasilnya masih jauh dari memuaskan. Puncak keberhasilan usaha-usaha ini dicapai oleh Louis Braille, seorang anak tukang sepatu yang menjadi buta akibat tergores matanya oleh pisau pemotong kulit milik ayahnya.
Louis Braille mendapatkan inspirasi bagi ciptaannya itu dari Kapten Charles Barbier, seorang bekas perwira artileri Napoleon. Dalam peperangan Napoleon, Barbier menciptakan tulisan sandi yang terdiri dari titik-titik dan garis-garis timbul yang dinamakannya "tulisan malam". Dia menggunakan tulisan ini untuk memungkinkan pasukannya membaca perintah-perintah militer dalam kegelapan malam dengan merabanya melalui ujung-ujung jari.
Meskipun ciptaan Barbier ini telah terbukti berhasil untuk keperluan militer, tetapi tidak cocok untuk keperluan membaca dan menulis biasa. Akan tetapi, ini memberi petunjuk yang sangat berharga bagi Louis Braille ke arah apa yang sedang dicari-carinya.
Setelah pertemuannya dengan Charles Barbier, Louis Braille selalu memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk membuat titik-titik dan garis-garis pada kartu-kartu untuk berusaha menciptakan tulisan yang cocok bagi tunanetra. Dia selalu mencobakan setiap perkembangan tulisannya itu kepada kawan-kawannya yang tunanetra. Menyadari bahwa jari jari kawan-kawannya lebih peka terhadap titik daripada terhadap garis, maka dia memutuskan untuk hanya menggunakan titik-titik saja dan mengesampingkan garis-garis bagi tulisannya itu.
Akhirnya, pada tahun 1834, ketika Louis Braille berusia awal 20-an, sempurnalah sistem tulisan yang terdiri dari titik-titik timbul itu. Louis Braille hanya menggunakan enam titik domino sebagai kerangka sistem tulisannya itu. Satu atau beberapa dari enam titik itu divariasikan letaknya sehingga dapat membentuk sebanyak 63 macam kombinasi yang cukup untuk menggambarkan abjad, angka, tanda-tanda baca, matematika, musik, dan sebagainya.
Ketika Louis Braille masih sedang menyederhanakan sistem tulisannya itu, dia diangkat sebagai guru di L'Institution Nationale des Jeunes Aveugles (Lembaga Nasional untuk Anak-anak Tunanetra) di Paris yang didirikan oleh Monsieur Valentin Hauy pada tahun 1783. Dia segera menjadi guru yang sangat disukai. Dia dipercaya untuk mengajar sejarah, geografi, matematika, tata bahasa Perancis, dan musik.
KETIKA sistem tulisannya sudah cukup sempurna, dia mulai mencobakannya kepada murid-muridnya. Mereka menyambutnya dengan gembira dan sangat merasakan manfaatnya. Meskipun Dr. Pignier, kepala lembaga itu, mengizinkan sistem tulisan itu dipergunakan dalam pengajaran di sekolah itu, namun tak seorang pun di luar lembaga itu mau menerima keberadaannya. Karena mereka belum pernah melihat betapa baiknya sistem tulisan ini, mengajarkan tulisan yang berbeda dari tulisan umum dianggapnya sebagai sesuatu yang amat ganjil dan tidak masuk akal. Karena badan pembina lembaga itu pun tidak menyukai sistem tulisan ini, maka mereka memecat Dr. Pignier ketika ia merencanakan menyalin buku sejarah ke dalam braille.
Kepala yang baru, Dr. Dufau tidak menyetujui sistem Braile itu dan melarang keras penggunaannya.
Karena murid-muridnya telah mengetahui kebaikan tulisan Braille itu, mereka tidak kurang kecewanya daripada Braille sendiri. Maka mereka meminta Braille mengajarnya secara diam-diam. Demi murid-muridnya itu, dia setuju mengajar mereka di luar jam sekolah.
Karena guru dan semua murid di dalam kelas itu tunanetra, maka tidaklah mustahil bagi guru guru lain untuk mengintip kelas rahasia itu dan memperhatikannya tanpa mereka ketahui. Kepala staf pengajar, Dr. Guadet, sering mengamati pelajaran rahasia ini dengan penuh minat dan simpati. Setelah melihat betapa cepatnya murid-murid itu memahami pengajaran yang disampaikan oleh Braille itu, maka Dr. Guadet mengimbau kepada Dr. Dufau agar mengubah pendiriannya dan mengizinkan penggunaan sistem tulisan itu. Akhirnya Dr. Dufau sejuju, dan menjelang tahun 1847 Louis Braille kembali dapat mengajarkan ciptaannya itu secara leluasa.
Pada tahun 1851 Dr. Dufau mengajukan ciptaan Braille itu kepada Pemerintah Perancis dengan permohonan agar ciptaan tersebut mendapat pengakuan pemerintah, dan agar Louis Braille diberi tanda jasa. Tetapi, hingga dia meninggal pada tanggal 6 Januari 1852, tanda jasa ataupun pengakuan resmi terhadap ciptaannya itu tidak pernah diterimanya. Baru beberapa bulan setelah wafatnya, ciptaan Louis Braille itu diakui secara resmi di L'institution Nationale des Jeunes Aveugles, dan beberapa,tahun kemudian dipergunakan di beberapa. sekolah tunanetra di negara-negara lain. Baru menjelang akhir abad ke-19 sistem tulisan ini diterima secara universal dengan nama tulisan "Braille".
KINI, sudah lebih dari satu setengah abad sejak tulisan braille itu tercipta dengan sempurna, namun kemajuan teknologi masih belum dapat menyaingi kehebatannya. Bahkan akhir-akhir ini tulisan braille sekali lagi telah membuktikan kesempurnaannya karena dengan mudah dapat diadaptasikan untuk keperluan transmisi informasi dari alat-alat pengolah data seperti komputer.
Untuk mengenang jasanya yang tak terhingga itu, pada tahun 1956 The World Council for the Welfare of the Blind (Dewan Dunia untuk Kesejahteraan Tunanetra) menjadikan bekas rumah kediaman Louis Braille yang terletak di Coupvray, 40 km sebelah timur Paris, sebagai museum Louis Braille. Karena pada tahun 1984 WCWB melebur diri dengan International Federation of the Blind (Federasi Tunanetra Internasional) menjadi World Blind Union (Perhimpunan Tunanetra Dunia), maka sejak tahun itu pemeliharaan dan pengembangan museum ini menjadi tanggung jawab WBU


The address of the current page is http://pertuni.idp-europe.org/Artikel-Makalah/braille.php
tulisan ini ii copas dari dosen tercinta bapak DIDI TARSIDI yang kebetulan hari ini sedang milad, semoga usianya mendapatkan berkah dari Allah SWT dan dimudahkan untuk selalu berkarya

Menyapa Pangeran, >> Libett


Pagi pangeran,
Apa kabar?
Hari ini cerah sekali,
Sang surya sangat menikmati kehadirannya
Kicauan burung pun tak mau kalah meramaikannya,
Tapi pangeran,
Ini tak begitu dengan hatiku,
Dihati ini suram tanpamu pangeran…
Maukah kau menghiburku sejenak saja?