Kamis, 12 Januari 2012

Jangan Bersedih

Jangan bersedih ketika hujan turun, dengan hujan Allah menurunkan 1000 berkahnya untuk manusia
Jangan bersedih, ketika pekatnya malam datang menghampirimu. Disini kau bisa bermunajat kepadaNya, mengeluh serta mentafakuri hidupmu selama ini
Jangan sedih ketika fajar tiba namun tugas-tugasmu masih menggunung.
Masih ada hari esok
Jangan sedih, ketika semuannya terasa buntu.
Allah melihat usahamu

berantem ditangga FIP

Hari ini ii berantem ma babeh di tangga FIP, sampe ada insiden banting HP segala.
dalam hati kecil ii nangis udah ngelakuin itu semua, tapi semuanya sudah telanjur nasi sudah menjadi bubur.
ya Allah, maafkan ii yang durhaka ke orangtua ini :'(

Sabtu, 07 Januari 2012

Like This!!!

Jogja, Never Ending

Jogja wajahmu dulu ataupun hari ini,
Selalu menyisakan tawa dan duka yang terlalu indah dilupakan
Gerimis manja diujung hari, perlahan mulai menorehkan cerita baru di tanah Sultan
Memori masa lalu yang telah usang oleh waktu satu persatu hadir kembali seperti piringan hitam yang diputar, lambat dan menenangkan yang mendengarnya
Jogja,
Senyum dan sedihku kini hadir kembali menyatu dengan ratusan tawa yang membahana di tengah pekatnya dunia
Jogja,
Disudut benteng-benteng kerajaanmu mulai kutuliskan cerita baru
Ku ikat kembali untaian cerita hidup yang terserak di sudut kota
Jogja,
Senyum tulusku kini telah hadir mewarnai hari yang lama sunyi
Meski kadang terasa pait
Jogja,
Senja manismu membingkai mozaik hidupku
Dan Jogja,
I’m free…


Hujan di Sabtu Sore


Entah pukul berapa.
Suhu di badanku terasa naik beberapa derajat namun hawa yang kudapatkan bukanlah panas melainkan dingin yang menusuk-nusuk meski badanku sudah dibalut dengan sweeter tebal dan kaos panjang didalamnya, kaki yang terbungkus kaos kaki tebal pun masih terasa begitu kaku kedinginan. Kubuka mata perlahan, tapi sekelilingku gelap. Hanya gemercik hujan yang dapat didengar, terlintas fikiran buruk diotakku.
“ innalillahi, mamah…” sedikit merintih ketakutan
Tak lama suara pintu berderet, dan udara dingin menyeruak masuk ke dalam kamar di ikuti dengan temaram cahaya lilin.
Ku ucapkan hamdalah dengan perasaan begitu lega, “ampuni aku Ya Allah telah berburuk sangka kepadamu”
Amih(sebutan akrab untuk mamah-Bhs Sunda), tetangga berumur paruh baya yang mungkin usianya 5 tahun diatas mamahku datang membawakan lilin ke kamar.
“ nuju aliran neng, ieu lilin disimpen dimana?”
Suara lugu dengan aksen sunda Garut menjelaskan.
Dia tetangga paling dekat posisi rumahnya denganku, jadi sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Terlebih dia hanya tinggal berdua dengan suaminya, anak semata wayangnya menetap di daerah Sukabumi jadi dengan adanya saya dengan adik menambah warna dihidupnya, seakan menemukan masa kecil anaknya dulu, itu katanya.
Mungkin tadi amih sudah di pesani mamah untuk menjagaku, sudah hampir 5 hari tubuhku tak berdaya ditempat tidur sejak kepulangan dari Jogja , jadi mamah menitipkanku padanya.
Saya hanya minta sendiri saja dikamar tanpa lilin. Masih dalam keadaan terbaring, bayanganku jatuh pada hari sabtu pecan kemarin. Pada hari yang sama, jam yang sama dan suasana hujan yang sama aku masih terbalut suasana tegang di Malioboro waktu itu, karena dianggap bawa kabur anak orang hihihi. Tapi bukan itu yang kupikirkan. Pada saat yang bersamaan, sabtu lalu saya sedang bersama ratusan orang yang berdamai dengan kegelapan. Mereka berdamai untuk selamanya, menghabiskan sisa umurnya tanpa warna dan cahaya, namun guratan semangat untuk dapat sama bahkan lebih baik dari kita yang dapat melihat begitu jelas tergambar diwajah-wajah teduh mereka. Ya, inilah hidup yang kata orang tak semulus jalan menuju Gunung Kidul. Hahahaha.
Mungkin seperti ini hidup mereka setiap hari, hanya ada gelap dan gelap. Dan ku coba pula menghayati gelap ini.
Segera ku raih jilbab mini dan syal pemberian sepupuku yang cukup menghangatkan leher. Perlahan kuraba dinding hingga akhirnya kudapati cahaya di ruang tamu.
“si eneng, meni gelap-gelapan. Tadi moal ceunah di pasihan lilin teh”.
“biarin mih, lagi pengen menghayati peran dia”. Kakak sepupuku menembalinya
Hanya ada kita bertiga dirumah, amih, aku dan A Arif.
Sudah pukul 5 sore rupanya, itu artinya 2 jam sudah aku terlelap tidur dan sepertinya hujan sudah lama turun.
Jalanan sekeliling rumahku begitu sepi, tak seorangpun lalulalang. Gelap, dingin dan hanya ada suara gemercik suara hujan dengan sesekali terdengar notif dari Bebe A Arif yang sejak tadi dia asik dengan dunianya.
Aku duduk didepan kaca, melihat luas keluar dibalik tralis. Terasa damai…
Hujan sore ini membawaku ke dunia indah, masa kanak-kanaku.
Dulu, aku paling suka jika hujan sore-sore seperti ini. Terlebih jika mati lampu. Pasti akan segera kusiapkan keputren---mainan orang-orangan yang terbuat dari kertas yang bergambar dan ada pasangan baju-bajunya atau Barbie versi kertasnya dan kumainkan di depan kaca lebar ruang tamu dan berceloteh bak dalang handal. Berlatarkan pepohonan yang basah oleh guyuran hujan, seakan menjadi pelengkap permainanku. Dengan sesekali memejamkan mata sambil bertakbir ketika kilat menyambar-nyambar. Tertawa, berceloteh dan pura-pura menangis, sungguh dalang yang hebat.
Hujan sore, juga mengenalkanku pada seorang sahabat yang menyenangkan. Ya, sahabat masa masa puber ABG ^^
Masih tentang hujan disore hari,
Biasanya dari sini, pakdhe ku akan memulai dongengnya tentang perwayangan. Tentang sebuah keyakinan dan pengakuan, makna hidup , agama dan cita-cita. Hidupku saat itu begitu merah oleh semangat mengejar cita-cita. Mencoba menyeimbangkan benteng hidupku untuk membangun cita-citaku. “kamu itu berbeda nduk” itu kata-kata motivasi yang masih ku ingat
Airmata hangat tak terasa mulai jatuh..
Aku rindu saat-saat dulu ketika hujan tiba, memainkan jemariku sebagai pandawa. Dan beraction dengan kedua saudara perempuanku sebagai Sri Kandhi atau Dewi Sinta, atau sekedar berebut ingin menjadi Dewi Sri nan bijak.
Dan ini kisah kelabu hujan di Sabtu Sore,
Siang itu aku pulang sekolah dengan sepupuku, aku kelas 2 Aliyah dan dia kelas 1. Langit begitu mendung, angin juga bertiup sangat kencang yang tak kusangka sore itu akan menadi sore kelabuku. Aku kehilangan pria terkuat didalam hidupku. Tak pernah sedikitpun aku bermimpi untuk kehilangan dia secepat ini sedini ini, dan ketika akan ku kabarkan pula padanya aku mendapat tiket beasiswa melnjutkan ke PTN terkenal di Indonesia.
Benteng pertahanan yang selama ini dibangun serasa goyah, dan satu-persatu mulai runtuh. Serasa cita-citaku pun ikut terkubur bersama jasadnya dan melebur bersama hujan di sore itu…

Dilema Tahun Baru Masehi

Malam tahun baru??
Buat ii pribadi bukan hal yang special, bukan suatu kewajiban pula yang harus dirayakan dengan begadang, beli petasan, kembang api tiup terompet atau nonton konser di tegallega.
Lagian ngapai musti di rayain coba? Ii tak tau sejarahnya, dan ini bukan tahun baru saya. Meskipun di Negara kita tercinta ini pake penanggalan masehi, tapi pergantian tahunnya bukan suatu kewajiban yang harus dirayakan masyarakatnya toh?? Hhe
Tahun baru malah menjadi jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, kalo kata ii. Ya bayangkan lah, ibaratnya bagi orang kaya beli petasan seharga 300 ribu itu biasa saja tidak harus merogoh kocek sakunya, sedangkan si miskin jangankan untuk beli kembang api ataupun petasan seharga 10 ribu aja, buat makan sehari-hari juga terkadang (maaf) mereka harus memeras keringat seharian dibawah terik matahari.
Tapi itu tidak berlaku untuk sekarang, entah itu anak gedongan atau anak “jalanan” sudah bisa mensejajarkan diri merayakan pergantian tahun dengan membakar kembang api yang mahal atau sekedar makan malam di tempat mewah. Malahan kadang orang-orang suka maksain beli petasan meski pendapatannya pas-pasan. Yang kayak gini ini nih, yang bikin hati miris. L
Bukan hal yang salah pula tahun baru diem di rumah, contohnya ii ini. Hhe ^^v.
Ya sebuah belaan atau apalah terserah anda. Tapi malam ini  kebanjiran sms dari temen-temen pada nanyain “ii malam tahun baruan dimana?” , “ii, ciater rame gak?” bla..bla..bla..
Ah bodo amat, lagian ii juga lagi asat pulsa jadi maap2 aje ye kagak aye bales :p
Beli kembang api???
Aduh sayang ke duit kaliii, kasian mamah ii juga. Bulan ini, kalau orang lain menghamburkan uang buat picnic atau ngerayain tahun baru, uang mamah ii siap2 terkuras sampai puluhan juta buat biaya kuliah kita. jadi ya tau diri dikit lah, taun baru itu bukan hari raya. Ngeliatnya juga asa sayang duit ratusan ribu dibakar dalam waktu 1 menit. Kalo mau tinggal keluar rumah aja, kembang api juga udah beledag beledug dimana-mana.
Kalau begadang, ii sih iya. Selain udah jadi kebiasaan begadang, kebetulan momen tahun baru kali ini tugas begitu menggunung dan menganak sungai, jadi mengharuskan ii buat begadang J
Itu belaan sederhana ii.
Tapi tetangga2 dan saudara kaya yang gak rela banget malem tahun baru ii diem di rumah.
“aduuuuuuh, neng kenapa diem aja dirumah? Gak di ajakin kabogoh taun baruan? Itu laptop gakan kebawa banjir kok, jadi gak usah dibabawa aja..”
Aiiiih, pacarrrrr??? Lagian siapa yang lagi ngamanin laptop dari banjir coba, cerah ceria kek gini mana ada banjir. Bawel banget sih ibu2…
Ii aja yang ngelakonin tetep calm, eh dia yang ribet. Cape dehhhh..
OL YM di Hp mamah, nongol si A Arief.
A Arief: I dimana?
Ii: dirumah, knp a?
AA: hah??? Dirumah??? Ga maen gt?
Ii: males ah banyak tugas
AA: si akang kagak ngapelin neng? Hahahahaha
Ihhh sengaja banget sih ni orang. Sama resenya kaya ibu2
Ii: hellllooooooow, im free bebekkk ups bebeeeeeb
AA: ugh!! Dasar
AA: dirumah ma siapa?
Ii: ada si mamah, lagi tidur
AA: bapa? Ari kamana?
Ii: bapa ka majalaya, a asep rumah sebelah lg lamaran.
          Ari, tuh ada di depan lagi  ngaliwet ma temen2nya
AA: naha atuh ga ikut?
Ii: ikut siapa?
AA: Ari. Hehehe
Ii: maap ya, ii suka ngaca umur. Udah bukan masanya
AA: tau diri juga
Ii: off ah..
AA: monggo ndoro. Aa lagi piket malem nih
Ii: hahahahahaha. Ternyata gak beda ma ii ya? Taun baru dipelak ku tugas.
Selamaaaat jadi satpam rumasakiiiit. Hahahha
AA: dasar anak kecil rese!! Begadang untuk mengobati orang sakit tu ibadah non. Jadi bukan beban
Ii: iya dweeeeh.
AA: tidur!!!
Off….
Betul juga kata si aa, kalau kita ngerasanya ini sebagai amanah bukan beban insya allah jadi pahala. Amiin. Ini baru namanya memaknai taun baru, Ayo SEMANGKA!!!