haii,
Okey
beibh ini penghujung 2013. Sebenarnya sangat tidak layak harus menceritakan dan
menuliskan cerita tentang perjalana tahun, tapi anggap saja ini sebagai
refleksi dan alarm untuk memperbaiki diri lantas berlari.
Diawal
tahun 2013, saya mulai menggadaikan waktu pada sebuah program PLP (Program
Latihan Profesi). Secara tertulis program ini selama 6 bula atau satu semester,
tapi pada prakteknya dapat kurang dari itu. Saya membayagkan masa PLP adalah
masa dimana saya bisa memiliki waktu lepas dzuhur yang banyak karena sudah
tidak terikat oleh kuliah dan dapat memperbaiki IMM saya. Tapi justru yang saya
dapatkan adalah sebaliknya. Selama 6 full waktu saya tergadai di Pajajaran
sampai datang panggilan Isya.
Yaa
Rabb, saya hanya manusia biasa yang jujur sangat tidak tertarik samasekali
dengan dunia mengajar saat itu dan setiap hari harus menggadaikan diri
disekolah. Beberapa minggu disana saya sanget merasakan sebuah perbedaan, kita
saling kompetitif untuk menjadi yang lebih baik menampilkan lebih baik dan
memeberikan lebih baik pula. 3 bulan disana, hampir semua kewajiban mengajar
dikelas selesai, saya baru menemukan sebuah ritme. Bahwa mengajar adalah sebuah
pengabdian luar biasa, bukan seperti mulut yang berbicara melainkan otak yang
berkehendak dan hati yang bertitah. Sebuah ketulusan adalah modal utama
didalamnya. BODOH sangat bodoh ketika saya mengira bahwa diri saya sedang
tergadai. Justru saya mendapatkan segalanya disini, seperti pulang kuliah dalam
kondisi kehujanan maka akan lebih baik jika mandi sekalian. Yap mungkin itu
perumpamaannya. Saya aka menjadi guru, camkan itu. Tapi bukan guru sebagai
mereka, saya akan pada pendirian saya dan mulai saat ini akan lebih untuk
belajar. Sebab menjadi seorang guru bukan persoalan tentang memiliki banyak
harta dan membangun sebuah dinasti seperti kebanyakan, melainkan menjadi sosok sahabat
yang multifungsi. Jujur, saya mulai merindukan kembali saat-saat membuat soal
test dan melihat anak didik saya bisa mengerjakannya dan memahaminya. Menjadi
guru bukanlah persoalan mengajarkan anak didiknya bisa mengerjakan soal yang
kita berikan namun bagaimana kita dapat menjadi simbiosis mutualisme didalamnya
dimana ada factor keterkaitan untuk saling membantu dan memahami hal baru dalam
hidup. Ya, saya akan menjadi guru.
Sisa
6 bulan berikutnya sungguh menjadi bulan-bulan yang membosankan, dimana
hari-hari saya hanya berlalu begitu saja tanpa sebuah makna dan cerita. 6 bulan
berikutnya adalah sebuah ruang gelap diamana saya harus berusaha bernafas
didalamnya. 6 bulan beikutnya adalah tentang sebuah lorong panjang yang harus
saya temukan ujungnya. 6 bulan berikutnya adalah dimana saya harus move on dan
patah hati sekaligus dalam saat yang bersamaan.
2013,
tahun sampah yang sangat pendek. Tak satupun kemajuan yang didapat dari target
emas yang telah dituliskan di tahun sebelumnya.
Mungkin
ditahun depan, semua orang tidak akan mengenali saya. Saya bukan malaikat atau
peri lagi dalam sebuah cerita (yang pada tahun sebelumnya juga bukan peri atau
malaikat), semoga bukan pula menjadi iblis atau syetan yang selalu berjalan
pada sisi lain manusia.
Tapi,
SRI AGUS SUPRIANI pada tahun 2014 adalah metamorfosa gadis kecil menjadi gadis
dewasa yang akan konsisten pada jalan lurus. Bukan pada jalan kanan ataupun
jalur kiri. Sri Agus Supriani pada tahun 2014 adalah gadis cikal bergelar S.Pd.
Tidak
ada yang istimewa dari 2013,
Bandung,
29 Desember 2013