Jumat, 21 Oktober 2011

S E M A N G A T !!!!

18 Oktober 2011
Hari ini kuliah metlit ga nyampe beres, sebelum jam 9 bapak udah mengakhirinya. Niatan awal mau ke WG nganterin buku ke sekre FUPMI, tapi mendadak males gada temen di WG soalnya. Jadi ya balik aja, lumayan laper juga plus pengen ngerasain gimana sih rasanya nyampe rumah cepet, hehehe.
Tadi pas naik angkot Banjaran di Tegalega sempet bareng sama kakek-kakek rada aneh. Duduknya seenaknya sendiri kaya di mobil pribadi, bajunya compang camping trus bawa tas lusuh mirip pengemis dan di pojokan deket tempat duduknya ada tongkat rotan yang atasnya melengkung mirip gagang payung, sempet mikir kalo bliau itu tunanetra tapi mungkin bliau lagi tidur. Wallahu a’lam bliau seorang pengemis atau bukan, tapi ini hanya praduga saja. Dan ternyata bliau beneran seorang tunanetra, melihat keadannya hati sempet trenyuh. Giginya sudah tak lengkap, mungkin tinggal 4 biji saja yang tersisa, kulitnya sudah sangat keriput, rambutnya juga putih semuanya. Sedih ngeliatnya ketika bliau mengeluarkan sepotong roti dari dalam tasnya, bliau makan dengan sembunyi-sembunyi seolah-olah ingin orang lain tak tahu kalo dia sedang makan roti, hanya dua sobekan saja bliau makan dan selebihnya disimpan kembali kedalam tas.
Entah kemana tujuan bliau, tapi ketika sudah di daerah pabrik ceres beliau mengeluarkan uang sekitar 4rb yang bentuknya recehan Rp 500 semua, dan menghitung sembunyi-sembunyi pula.
2 tahun kebelakang bisa dikatakan ii akrab dengan penyandang tunanetra, tak habis fikir disisi lain ii mengenal sosok tunanetra yang begitu hebat, pandai, jenius, brilian, religi dan mendunia namun di sisi lain ii melihat sosok tunanetra sebagai sorang peminta-minta di pinggir jalan yang menunggu belas kasihan dari para pengendara kendaraan dengan mengandalkan kekurangannya itu dan masih banyak lainnya. Tak bisa dipungkiri hati ini sungguh miris melihatnya. Apakah mereka sudah benar-benar tidak mampu bekerja lagi dengan menggunakan kedua  tangan  yang dimiliki? Bagaimana dengan keluarga mereka? Bukankah Tuhan memberikan kemampuan kepada hambaNya itu semua sama? Tak dibedakan, dan mengkaruniakan kepada kita semua sebuah otak untuk berfikir? Mungkin nasib yang membawa mereka yang kurang beruntung ke dalam keadaan yang sekarang, tapi asalkan kita tahu yang membawa nasib hidup kita adalah diri kita sendiri. Allah hanya menentukan desain hidup kita saja, sedangkan yang berhak mewujudkan sebuah realita kehidupan berikut keadaan kita ya kita sendiri, semuanya berbalik pada diri kita.
Sering  ii melihat seorang tunanetra yang berprofesi layaknya manusia yang bisa melihat, seperti menjadi tukang tambal ban, pemeras aren, penadah getah, tapi sering ii jumpai pula ada seorang tunanetra yang tiap pagi menadahkan kaleng didepan pabrik, tak dapatkah dia mendengar dan mencontoh semangat kawannya yang sesame tunanetra dalam memandang hidup? Hidup itu bukan untuk meminta selamanya, meskipun kita buta. Tapi hidup itu bagaimana kita dapat memberikan yang terbaik untuk diri kita ataupun orang lain semampu kita. ya meskipun kita belum bisa memberikan sesuatu bagi orang lain tapi setidaknya kita memberikan sesuatu yang sangat berharga buat hidup kita, yaitu semangat. Memandang hidup adalah sebuah perjuangan hingga saatnya tiba, ketika Tuhan menginginkan kita pulang kita akan menyandang gelar pahlawan. Pahlawan bagi jasad kita, yang selalu memberikan yang terbaik dalam hidup serta sebuah emosi yang memancarkan energy positif di dalam hidup
Sedikit kata-kata ringan yang lumayan menyentil telinga kita “rajin-rajinlah mendekat ke Allah, Allah pasti akan salurkan energy positif ke kita dan mudahkan masalah kita..”(ini kata-kata adek ii)
S E M A N G A T ! ! ! ! ! !