Bukan tentang
seberapa banyak kau di bayar untuk mengajar, melainkan seberapa besar
pengorbananmu untuk belajar. Karena menjadi seorang guru adalah bukan persoalan
perniagaan tapi keikhlasan.
Sejak awal
hatiku bertakdir untuk sekalipun tidak akan pernah bermimpi menjadi seorang
pengajar cukup menjadi pelajar. Dari segi manapun sungguh saya tidak berbohong!
Tidak ada satu jengkalpun dari saya yang patut untuk diteladani. Karena sejatinya
menjadi pengajar adalah mereka yang sempurna pribadinya agar bisa mengajar
orang lain.
Alloh
mungkin berkehendak lain. Setiap perjuangan yang saya upayakan Alloh muarakan
semua itu pada satu jurusan, diamana saya dituntut untuk belajar. Mengutamakan
kesabaran serta keikhlasan.
Rupanya
Alloh menghendaki saya untuk menjadi pribadi lebih baik. Yang senantiasa
memperbaiki diri dan mampu menggandeng orang lain. Alloh menghendaki saya
menjadi pribadi sosial, yang karenanya aku adalah milik ‘mereka’ bukan hanya
milik mamah dan bapa.
Satu lagi
yang perlu di garis tebalkan, Alloh sedang berbisik padaku agar senantiasa
mengedepankan totalitas di dalam belajar untuk mengejar kesempurnaan, keras
terhadap diri. Guru Aliyahku berkata “jika
kesempurnaan akhirat yang kita tuju, maka dunia akan mengikuti. Lantas jika
kita berkeras pada diri maka dunia akan lunak kepadamu”-Bunda
Itu bukan
hal mudah bagi saya yang pemalas. Sekali lagi, mungkin Alloh sedang menyuruhku
untuk berkemas dan menjadi pribadi tangkas.
Alloh..
rasanya saya ingin menyerah sebelum berperang.
Semangatku
hari ini sedang pada kurva terbawah. Untuk mencapai sebuah neraca yang
equilibrium dirasa sangat sulit hari ini. Semangat yang dulu pernah berkobar
rasanya mulai padam perlahan oleh musim.
Alloh...
bingung rasanya harus darimana ii mulai lagi mencari semangat abadi yang dulu. Keinginan
untuk menjadi lebih baik itu ada tapi rasa takut sepertinya lebih besar di
depan mata.
Semoga
idealisme yang pernah ada segera kembali seperti sediakala... (Aamiin Allohumma
aamiin)
Bandung, 22 Agustus 2014