Selasa, 27 Agustus 2013

Balada rindu di Negeri Para Dewa

Selalu ada rasa yang berbeda ketika akan mudik ke Banjarnegara. Tahun ini rinduku seakan pias hatiku beku tak dapat menerima sebuah keantusiasan atas penantian selama 11 bulan, dia itu rindu pada neneku.
Rindu itu samar, warnanya memudar dan wanginya terbiaskan oleh angin. Hatiku hampa tapi perih.
Mungkin karena saat ini sudah tidak ada engkau yang kami panggil ayah.
Rinduku pada Banjarnegarapun seakan telah terisis oleh waktu. Aku biasa biasa saja menginjak tanahmu. Tapi cintaku padamu Banjarnegaraku semakin menua saja dan mengakar di hati. Banjarnegara, sekolah kehidupan pertamaku..
Banjarnegara disini aku belajar mengenal cinta
Sungguh benar2 hati ini masih tak rela ketika aku harus meninggalkan Banjarnegaraku dengan hati yang penuh sembilu
Tersayat oleh cinta sehingga aku tak mampu memandang wajah kedua wanita muliaku.
Rasanya disenja usianya kini ingin segera menggandeng mereka ke dalam duniaku. Seperti dahulu ketika mereka selalu mendengar mimpiku
Banjarnegara, diatas tanahmu aku mendapatkan sejuta cinta seratus kasih. Tapi hari itu akupun harus menangis karena ditinggal cinta..
Meskipun aku terlahir bukan sebagai seorang Banjarnegara tapi cinta dan hatiku ada padamu
Izinkan aku untuk kembali dan kembali ke tanahmu mencari dan memperbaiki cintaku
Banjarnegara aku gadaikan hati dan cintaku di tanahmu
Dirgahayu Banjarnegara 182