“si ii
riweuh ih..”
“menel
riweuh deh..”
“eneng
meni riweuh nya..”
Sepertinya ii memang sudah tertakdirkan
menjadi riweuh girl dimanapun dan kapanpun. Titel riweuh ini ga tau di dapat
setelah menempuh pndidikan diamana, yang jelas sudah melekat dan mendarah
daging sekali gelar riweuh itu. Samapai-sampai ada temen bilang “teh ii kalo
lagi diem gini ga riweuh malah anah deh”
Samapai segitu kah?
Intinya udah jelas sekolay bahwa
keriweuhan ii tidak ada duanya. Dan ada satu lagi title didalam idup ii yang
tak terpisahkan pelupa yang berujung kepada kekonyolan. Hidup ii pada dasarnya
konyol, kejadian apapun di dalam hidup sebagian besar merupakan tindakan
konyol. Kalau kata temen ii juga, “setiap kejadian konyol di dalam hidup ii
datang itu karena memang ii sendiri orang yang konyol”.
Entah berapa kali kejadian konyol hari
ii alami. Mulai dari rumah pagi-pagi, dari awal shaum ii dapet haid dan tadi
pagi seperti biasa ii sarapan sebelum pergi. Karena sedang shaum ii sengaja
makan di belakang sambil nonton TV. Tiba-tiba diluar ada rame-rame ada beberapa
orang yang masuk rumah gitu soalnya pager sama pintu ga ditutup juga jadi
spontan aja ii langsung keluar liat siapa yang masuk, ga sadar pas keluar itu
masih sambil bawa-bawa piring dan makan ayam, “iiiihh Mba ii ga puasa ya..
ketauan deh”
Ups, lupa.. kenapa bawa-bawa piring
segala keluar #ampuuun
Kedua, sedikit siang menjelang sore.
selama beberapa minggu ii bantuin Bu Yuni nyusun silabus plus RPP. Itu
memusingkan dan menggemaskan otak. Ehh pas setibanya di rumah bu Yuni pas mau
nunjukin hasil kerja ii, tiba-tiba flashdisk ii kosong melompong ga nyisa
apapun.
Whaaaaaaat!!!! apa-apaan ini
mammen???!!! Bu Yuni dengan tiisnya jawab, “iya kata Agus anti virusnya galak,
jadi sekali ada virus terdeteksi ilang semua datanya”
Ousssshh Gusti Nu Agung tobaaaat abi
tobat… Kerja selama berminggu-minggu ilang begitu saja… Ok cumungudh ea kaka
kita kerjain lagi. Semoga ada jalan #ganbatte
Part 3. Ceritanya kita pada mau
foto-foto di Papyrus Ciwalk. Ehh pas
keluar rumah dari bu Yuni hujan gerimis aje. si eka udah di gang kina nungguin,
hayang sareng da teu terangeun papyrus saurna. Pas ii udah sampai di gang Kina,
ekanya malah ga ada dia nyamper ii ke Bu Yuni karena ga sabaran tea… aduhh
ucing-ucingan aja, ga lama ii bediri disitu eka datang dan hujan sore-sore
menjadi-jadi saja. Oke kita merapat ke bawah pohon, eka membagika satu jaketnya
ke ii, dan dia rapih memakai jas hujan barunya. Hujannya kaya ngeledek kita
dong, bertambah dan bertambah deras saja. Serimbun-rimbunnya pohon, dipake
berteduh pasti tetap basah juga. Yaudah, kita ngiuhan di emperan rumah dinas
pegawai pabrik kina. Rumahnya kuno, arsitektur belanda kaya gitu. Kalo ga
kepaksa banget ii ga bakal mau beteduh disitu, ngeriiiiii banget sumpah. Tapi
karena ada jendela yang kebuka, jadi ii berani aja karena pasti ada
penghuninya. si eka riweuh, pengen cepet-cepet ke ciwalk nerobos hujan. NO!!!
udah tobat ujan-ujanan. Disitu eka puny aide gila. “ ii pengen roknya ga basah?
eta di jero make celana biasa atau legging?”
“ii pake legging”
“ udah copot aja, roknaya dimasukin”
Begonya, ii nurut aja kata-kata si eka.
Karena kita ngomongnya pada keras jadi pemilik rumahnya ngintip dari balik
tirai kaca pintu. Si eka yang ngeliatnya. Ampun antara takut dan malu disitu.
Takut kalau itu bukan manusia, dan malu kalau-kalau dia ngeliat ii pas lagi
buka rok.. oh tidakkk
Ahirnya kita merebos gerimis dan
berhenti di mesjid cipaganti…
Oke… foto-fotonya lancer, ga sebanding
banget sama pengorbanan ke sananya sampe hujan-hujanan. fotonya Cuma bentar.
Kita menuju masjid cipaganti untuk
berburu tajil.
kekonyolan selanjutnya dimulai disini.
Karena ii dan fitri sedang tidak sholat jadi kita menunggu di pinggiran sambil
menjaga sandal dan tas-tas, trus ahmad, fahmi, ido dan idhar duduk melingkar
diselasar. dasar si idho riweuh, dia nyuruh ii beli air mineral. diantara
mereka, Si fahmi yang ga make batik. Dia make kaos abu-abu, ga taunya dia pergi
ke air ambil wudhu. dan dideket idho ada bapak-bapak pake kaos abu-abu juga. ya
langsung aja ii kasih air mineralnya ke bapak itu tanpa melihat mukanya, muka
ii menghadap ido sama ahmad yang lagi ngobrolin proposal “ mi ini mi…’ tapi si
fahmi tidak bergeming
si ahmad cengengesan ngeliat ii dan pas
ii nengok ke arah orang yang sangka ii fahmi, ohhhhh “eeh maaf pak, maaf..
kirain temen saya” berusaha watados, langsung nyamperin fitri dan berusaha
seperti tidak terjadi apapun. Padahal malunyaaaaaaa segede gunung deh..
pas balik ke ciwalknya, dibelakang ii
jalan bareng ahmad dan fitri. di depan ii ada idhar, eka, fahmi ma ido pada
ngobrolin proskrip. yang jadi patokan ii, kaos abu-abu fahmi dan jaket biru
dongker ido. pas dipersimpangan, orang yang memakai baju abu dan kaos item
belok ke kanan, ii spontan ngikutin aja orang itu. Kata si think” “hei ii ek
kamana? kadieu hei” pas ii noleh ke dua orang tadi ternyata itu bukan ido dan
fahmi, tapi orang botak… #istighfar
tidak sampai distu saja. ahirnya kita
buka di daerah tamansari, diangkringan nasi goreng kaya gitu. Uang
pembayarannya di kumpulin di ii. Otomatis ii yag bayarin juga. Kita keluar
ngabring langsung menuju parkiran. Kebiasaan kali ya tiap-tiap makan uangnya bukan
di kumpulin di ii, jadi pas pada keluar ii spontan ikut keluar juga.
Inget-inget pas udah diluar tenda deket parkiran, Astaghfirullah uangnya belum
dibayarin. Jadi weh balik lagi..
ga tau, kira-kira ada gak ya yang
separah ii seperti itu
Sebenernya ga aka nyeritain itu, tapi
tadi keinget pas pulang ngobrol bareng ahmad. Proskrip dia tentang social
tunanetra. Entah proposal ke berapa ii juga tentang sosialisasi tunanetra baru.
Kita ngobrol aja tentang tunanetra khususnya sosialnya, dan kenapa ii ga mau ngelanjutin
proposal skripsi ii itu. Bla… Bli… Blu… iya, kesimpulannya tunanetra itu punya
sifat keukeuh yang tidak bisa ditolerir. sampai segitu kah dampak dari
ketunanetraan?
Kesimpulan ii, pendidikan tinggi tidak
menjamin seorang tunanetra mampu bersosialisasi secara bagus dengan
lingkungannya.
Kata dosen dulu pas masih jaman kuliah
spes. “tunanetra itu kehilangan ‘gaya’, apalagi kalo disuruh menunggu. Jika
orang awas bisa saja sambil menunggu pesawat yang delay dia melihat-lihat
pemandangan disekitar bandara, membaca Koran atau apapun. tidak mungkin
tunanetra dapat melakukan hal demikian, karena buku Braille tidak aksesible
untuk dibawa kemana-mana. Jadi harus ada pengalihan agar tidak mudah jenuh,
contohnya mengobrol”
Dosen itu berkata demikian. ii berfikiran
juga kenapa beliau berkata seperti itu karena beliau sudah melaksanakannya.
dan dilapangan, bener kata think”
banyak tunanetra yang jika sedang berbaur dengan orang awas itu dia cenderung
pasif. Tunanetra hanya bergaul dengan orang awas yang dikenalinya saja. Intinya
susah untuk berbaur ikut serta dalam suatu obrolan tertentu misalnya.
yap, seorang master dapat terkalahkan
oleh siswa SMA didalam bersosialisasi, misalnya. Nah itu kesimpulan ii, pendidikan tidak berpengaruh pada
keterampilan sosialisasi seorang tunanetra
jadi ini ngomongin apa??? :l