Minggu, 22 Juli 2012

Hari ke 7 KKN, 1 minggu tinggal di dampit.

Perlahan sudah mulai kerasan tinggal disini, mengikuti alur kehidupan dilingkungan baru. Terkadang ii diam, memikirkan apa yang telah ii lakukan dalam kehidupan-kehidupan sebelumnya. Mengapa ii menjadi enemy public? Kalau kita pribadi menilai, jawaban yang ada tak bukan ‘aku tak memiliki salah apapun’. Intinya, hingga detik ini ii belum menemukan jawaban itu.
Didalam bermasyarakat, tak ada yang lebih baik atau lebih pintar. Tak ada yang lebih kaya atau lebih dermawan. Semuanya kita sama. Dihadapan Tuhan, dihadapan manusia pun kita sama. Kita makhluk pembelajar, yang didalam hidup kita tak akan pernah ada hentinya kita belajar. Bukan hanya belajar di meja sekolah, tapi di sekolah yang sesungguhnya, sekolah kehidupan yang senantiasa mengajarkan ilmu tak terkira dengan kurikulum yang nyata.
Kembali ke Desa Dampit. Hari ini dan kemaren, sebuah titik baru dalam kehidupan ii di Dampi di mulai. Kita semua disibukan dengan urusan yang telah diamanhkan masing-masing. Bersosialisasi dengan warga-warga yang berbeda hingga sorenya mengajar ngaji anak-anak di TPA terdekat. Melihat wajah-wajah imut mereka seakan kehidupan ketika di TPA dulu hadir kembali. Mereka bebas, tak ada beban yang menggelayuti mereka, pancaran ketulusan dan keikhlasan sangat jelas terbaca dimata mereka.
Allah, wajahku hari ini terlalu munafik. Aku kembali ke saat dulu ketika ii masih seperti mereka. Sekarang guru-guru ngaji ii sudah memiliki hidup masing-masing. Ucapan mereka dulu, seakan benar-benar terbukti hari ini. Ya Allah, ii rindu guru-guru ii dan kampung masa kecil ii.. L
Sesekali, kami ikut pengjian ibu-ibu. Banyak hikmah yang ii dapat di desa ini. Refleksi kehidupan masalalu seakan kembali hadir, mengingatkan ii bahwa kehidupan ini pada hakikatnya adalah roda. Terkadang kita menjadi malaikat, tapi tak jarang pula kita adalah sosok setan yang nyata. Mereka dengan ikhlas, mengkaji Al Quran beserta dengan makna-maknanya. Dalam bahasa sunda tentunya, ii roaming kelas dewa. Jangankan ii, dewi ma Uly aja yang leket dengan sundanya mereka gak ngerti. Bismillah, niatkan megaji. Ii berfikir, Ya Allah apakah suatu saat nanti ii bisa merasakan yang seperti mereka rasakan pada saat itu? Dalam usia lanjut dengan balutan busana muslim nan sederhana dan kacamata plus masih memiliki semangat luar biasa mengkaji ilmu? Ya Allah, bantu ii buat bisa betah tinggal disini. Ii ingin merasakan kehidupan normal yang dulu pernah ii alami pula. Ii ingin kehidupan ruhani ii lebih terisi lagi. Disini, ii dapatkan itu. Sesuatu yang tak ii dapatkan dirumah. Kemandirian, kebersamaan dan semuanya yang tak pernah ii dapatkan dirumah, karena seakan ii hidup sendiri di dunia ini.
Dan hari ini(hari ke 7), mereka (anak2 kecil disekitar rumah) dari pagi sudah berdatangan dirumah. “kakak, aku ingin menggambar. Aku ingin menulis. Aku ingin belajar menghitung. Aku ingin main bola..” semua keinginan dan kemauan seakan tertumpah di posko kami. Dalam sekejap, rumah yang sedari pagi telah disibukan dengan surat-surat dan desain spanduk berubah menjadi taman kanak-kanak nan ceria. Tak ada jeda buat kami istirahat. Ba’da dzuhur kehidupan kami dirumah terasa damai tanpa celoteh2 anak kecil.. tapi belum lama kita beranjak dari tempat shalat ashar masing-masing, sudah terdengar kembali suara-suara imut menyapa kita. Teteh kita main yuuk??? Argh! Kita ragu menerima kedatangan mereka. Sebelumnya kita merindukan anak-anak kecil menyapa kita,tapi hari ini kita dibuat kewalahan oleh mereka. Hahaa...
Dunia anak-anak memang tak ada duanya. Keikhlasan yang terpancar dari mereka tak bisa disembunyikan dari tingkah mereka yang lugu.. itulah dunia anak...