Minggu, 25 September 2011

Tentang Rasa…

Sabtu,
07.35 ii baru bangun tidur, itu kebiasaan ii kalo lagi dapet haid plus libur ataupun setelah shalat subuh kembali melanjutkan petualangan lagi ke negri mimpi. Keluar dari kamar yang ii temui hanya suara dentingan jam dinding yang saling beradu mata tertuju ke seluruh penjuru tapi tak satupun mahluk ii temui, berdiri sejanak di balik kaca jendela dan pagar sudah tergembok itu artinya semua penghuni rumah sudah pergi ke tempat aktivitasnya masing-masing, Bapak ke sekolah, mamah ke tempat kerjanya dan adek juga sekolah.
Pagi ini terasa sekali dinginnya, entah cuaca yang sedang tidak bersahabat ataukah tubuhku yang rentan sesekali punggung tangan juga ii tempelkan ke jidat dan ternyata demam semalam masih menyisakan jejaknya. Ii ambil remot dan biasa chanel favorit yang ii tuju tiap pagi menemani Jessica, olga dan Raffi. Cuaca dirasa semakin dingin saja dan demam juga makin terasa ditubuh namun badan berontak untuk segera dipenuhi haknya lalu keputusan terahir adalah menghangatkan air untuk mandi. Sambil menunggu air mendidih, sesekali melanjutkan mentranslete tugas hambatan majemuk yang semalam terputus begitu saja.
Tiba-tiba ada rasa yang berbeda di hati, seketika kelopak mata sudah tergenangi oleh airmata yang siap jatuh membanjiri wajah pagiku. Sesosok wajah sepuh dengan seluruh rambut yang kian memutih, ii pejamkan mata berharap agar bayangan itu hilang tapi dirasakan aura itu semakin dekat dan mendekat, otak ii menjelajah kea lam masalaluku “ ketika ii sedang demam seperti ini pasti dengan otomatis nenek ii akan menghangatkan air untuk ii mandi, merapikan tempat tidur agar setelah mandi ii bisa langsung istirahat, memilihkan baju hangat plus kaos kaki serta minyak kayu putih, membalur badan dan kaki agar lebih hangat”. Masih banyak dan banyak lagi, sekarang ii melakukannya sendiri, tapi seakan wanita sepuh itu sekarang sedang mengawasi ii melakukan pekerjaan itu.
“ nenek, ii kangeeeen…”
Setelah mandi, seluruh badan dan kaki ii balur sendiri dengan minyak kayu putih. Kehangatann masa lalu itu seakan hadir kembali saat ini. Dan teringat, sekarang budhe ii lagi di Cimahi, benarkah dia setega itu akan langsung kembali ke Banjarnegara tanpa menyapaku terlebih dahulu disini???? Ah, sedih sekali aku ini. Tak bisa kemana-mana pula. Nekat saja ii telp ke Cimahi berharap bisa bercakap dengan budhe, Alhamdulillah, ii tau beliau takan setega itu jauh-jauh datang ke Bandung keliling Padalarang, Cimahi, Soreang tanpa menyapaku disini. Ada sedikit secercah senyum diwajah J
Pakaian kotor dikamar semakin menggunung, 3 minggu sudah tidak dicuci. Hueeeeek. Mamah Uya yang biasa mencuci dirumah juga 2 minggu sudah tak datang, ya mau tak mau harus ke laundry. Ternyata laundry komplek mahasiswa Telkom lebih murah daripada mahasiswa UPI, hihihi lumayan kan irit tenaga plus waktu J
Sepulang dari tukang laundry, gak ada motor si Mas diteras, sedikit kecewa pula, budhe gak jadi ke rumah ka? Sedih L
Ii kau salah!!!!
Setibanya dipagar rumah, budhe sudah siap menyambutku dengan senyum, hatiku bahagia tapi sedih. Rasa rinduku yang membuncah ini hanya akan sembuh dalam semalam saja, tapi esok pagi akan kembali seperti semula bahkan akan lebih parah mungkin.
Menconba mengumbar senyum di muka, tapi lelah. Hati ii sakit budhe, entah kenapa. Ada setumpuk cerita yang ingin ii bagi bersamamu, tapi tak tau harus darimana mulainya. Sebisa mungkin ii gak nangis didepan budhe. Ternyata rasa sayangmu ke ii masih belum berubah, masih seperti yang dulu, hangat ketika dekat denganmu.
Maaf budhe, bukan berarti ii menjauh darimu karena ii benci. Tapi ii takut budhe, ii mu yang sekarang ini ii yang penakut. Ii takut akan lebih sakit esok pagi ketika berpisah denganmu makanya mala mini ii menjauh. Semakin ii menjauh semakin ii merasa bahwa ii yang sekarang ii yang begitu bodoh, orang lain dengan sepenuh hati datang ingin berjumpa denganmu ini malah menjauh. Maaf budhe, maaf, ii hanya bisa memandangmu dari jauh. Ii juga merasakan rindumu yang mungkin sama, tapi maaf budhe…
Dan pagi ini, ada kehangatan dan kebahagiaan dalam diri ii. Bisa mengawali hari dengan bersungkem kepadamu seperti dahulu.
Budhe hati-hati di jalan, titip rindu pula untuk nenekku disana…