Jumat, 22 Maret 2013

Sajak Delia

Bara Dalam Kemarau
mengapa begitu sulit memadam api ini?
semakin kusiram apinya semakin berkobar,
cahaya semakin terang dan begitu panas
bunga-bunga harapan tumbuh mekar dengan liar tak dapat di cegah dan tak bisa di babat
sedangkan bayangan semu senantiasa mengejek dan menertawai tanpa perasaan, membuat titik gerimis menjadi deraian hujan teramat deras
namun api itu tetap menyala seolah menantang sang hujan yang berusaha memadamkannya
akankah musim semi akan menjelang?
atau kemarau panjang tetap hadir selamanya?
jika boleh melilih, lebih baik aku berada di musim kemarau yang tandus tetapi tak ditertawai  bayangn harapan semu
daripada dipersimpangan musim yang tak pasti ini
letih rasanya berjalan mendaki gunung batu yang terjal dengan jurang dalam di kiri kanan dan disela batu itu terdapat duri nan tajam membuat darah menetes tanpa ada penawarnya,
namun aku harus tetap berjalan meski tertatih-tatih letih, tersungkur jatuh dan terluka demi menggapai gemerlapan bintang yang akan menerangiku dikala malam menjelang
bila bintang tersebut terlalu tinggi  untuk diraih,
biarlah aku menatapnya dari bumi nan sunyi berharap dan berdoa semoga ia sudi untukku raih dalam dekapan

* Delia, siswi kelas VII SLB Negeri A Kota Bandung