Bara Dalam Kemarau
mengapa
begitu sulit memadam api ini?
semakin
kusiram apinya semakin berkobar,
cahaya
semakin terang dan begitu panas
bunga-bunga
harapan tumbuh mekar dengan liar tak dapat di cegah dan tak bisa di babat
sedangkan
bayangan semu senantiasa mengejek dan menertawai tanpa perasaan, membuat titik
gerimis menjadi deraian hujan teramat deras
namun api
itu tetap menyala seolah menantang sang hujan yang berusaha memadamkannya
akankah
musim semi akan menjelang?
atau
kemarau panjang tetap hadir selamanya?
jika
boleh melilih, lebih baik aku berada di musim kemarau yang tandus tetapi tak
ditertawai bayangn harapan semu
daripada
dipersimpangan musim yang tak pasti ini
letih
rasanya berjalan mendaki gunung batu yang terjal dengan jurang dalam di kiri
kanan dan disela batu itu terdapat duri nan tajam membuat darah menetes tanpa
ada penawarnya,
namun aku
harus tetap berjalan meski tertatih-tatih letih, tersungkur jatuh dan terluka
demi menggapai gemerlapan bintang yang akan menerangiku dikala malam menjelang
bila
bintang tersebut terlalu tinggi untuk
diraih,
biarlah
aku menatapnya dari bumi nan sunyi berharap dan berdoa semoga ia sudi untukku
raih dalam dekapan
* Delia, siswi kelas VII SLB Negeri A Kota Bandung