Kau, Pria tangguh yang selalu ii
panggil Ayah...
Setiap pagi ketika sang surya memulai
harinya menyinari bumi, kau telah siap dengan seragammu mewarnai setiap
baris-baris lahan dengan warna emasmu..
“ayah, mau
kemana” gadis kecil
gendut yang baru bangun dari tidurnya berteriak memanggilnya. Namun ia harus
kecewa karena sang ayah tak mendengarnya
Berbekal dengan rasa ihlas serta
cinta kau ‘ayahku’ memulai menyisir hari hingga terbenamnya penguasa hari
Senja datang dengan menyuguhkan
jingganya nan anggun, itulah saat-saat terindah dalam hari. Ketika bisa melihat
bintang malam menyambutku bersama sang jingga dan mengantar hingga pintu Masjid.
Sejak saat itulah ii menyukai langit senja nan jingga, nuansanya selalu ceria.
Selalu ada kisah di langit senja...
Tentang kasih dan kesetiaan,
Kau yang selalu ku panggil ayah,
ketika senja telah berubah pekat, kau
mengajarkan kami apa itu kisah hidup. Mengajarkan kami membaca kitab yang
tulisannya mengalir bagai air
kau guru dan ustadz dalam kehidupan
kami
kau ajarkan apa itu taat, patuh dan
kewajiban
kau yang selalu ku panggil ayah, yang
selalu setia menjemput kami di gelapnya malam sepulang mengaji
aku selalu berhayal jika kelak aku
telah dewasa, berbagi mimpi tentang cita-cita, kau yang selalu ku panggil ayah
adalah orang paling setia yang selalu mendengarkan ocehan anehku..
hari ini aku tak seperti yang selalu
ku ceritakan dulu padamu ayah. Ii tak pernah sekalipun untuk bermimpi menjadi
seperti ini. Bermimpi untuk begitu cepat kehilangan kau pula, ayah... ii tak
pernah sekalipun membanggakanmu, tapi ii berharap kau dapat tersenyum melihat
kami saat ini disana...
kau yang selalu ii panggil ayah,
sekarang kau telah menjadi seorang abah, seperti cita-citamu. 2 cucumu nan
cantik selalu mengingatkanku akan senyum dan wajah teduhmu..
kau yang selalu ii panggil ayah,
meski ii tak bisa sesempurna engkau tapi ii ingin bisa membagikan apa yang
telah engkau bagikan kepada ii dulu.
Tak ada yang berubah tentangmu
ayahku. Hingga saat ini aku pun masih suka bermain di tempat tidurmu seperti
dahulu. Ii merasa kau dekat dengan ii ketika berada disini. Suasana tenang dan
hening hadir seakan mewakili hadirmu. Ayah, masih sangat teringat di mataku
ketika kau terbaring di tempat ini...
Jika dulu tak ada hari tanpa restumu,
mencium telapak tanganmu, dan berlalu dengan doamu kini aku hanya bisa
memandang pusara bisu yang tertulis namamu. Seandainya ii bisa meminta ke
Allah, ii ingin bisa diwisuda tepat di bulan lahir ii, dan kau ayah dapat
menyaksikannya sebagai guru terbaik dalam hidup ii...
Terimaksih atas curahan sayang yang
telah kau berikan selama ii tumbuh dewasa. Kota ini adalah musium kehidupan
yang akan selalu ii kunjungi jika rindu akan petuahmu
Kau yang selalu ii panggil ayah,
meskipun kau hanya PAKDE ku, 17 tahun yang lalu ataupun hari ini kau tetap
AYAHKU...
Kami sayang kau, Ayah... :*