Senin, 03 September 2012

Ayah dan Jingga


Kau, Pria tangguh yang selalu ii panggil Ayah...
Setiap pagi ketika sang surya memulai harinya menyinari bumi, kau telah siap dengan seragammu mewarnai setiap baris-baris lahan dengan warna emasmu..
ayah, mau kemana gadis kecil gendut yang baru bangun dari tidurnya berteriak memanggilnya. Namun ia harus kecewa karena sang ayah tak mendengarnya
Berbekal dengan rasa ihlas serta cinta kau ayahkumemulai menyisir hari hingga terbenamnya penguasa hari
Senja datang dengan menyuguhkan jingganya nan anggun, itulah saat-saat terindah dalam hari. Ketika bisa melihat bintang malam menyambutku bersama sang jingga dan mengantar hingga pintu Masjid. Sejak saat itulah ii menyukai langit senja nan jingga, nuansanya selalu ceria.
Selalu ada kisah di langit senja...
Tentang kasih dan kesetiaan,
Kau yang selalu ku panggil ayah,
ketika senja telah berubah pekat, kau mengajarkan kami apa itu kisah hidup. Mengajarkan kami membaca kitab yang tulisannya mengalir bagai air
kau guru dan ustadz dalam kehidupan kami
kau ajarkan apa itu taat, patuh dan kewajiban
kau yang selalu ku panggil ayah, yang selalu setia menjemput kami di gelapnya malam sepulang mengaji
aku selalu berhayal jika kelak aku telah dewasa, berbagi mimpi tentang cita-cita, kau yang selalu ku panggil ayah adalah orang paling setia yang selalu mendengarkan ocehan anehku..
hari ini aku tak seperti yang selalu ku ceritakan dulu padamu ayah. Ii tak pernah sekalipun untuk bermimpi menjadi seperti ini. Bermimpi untuk begitu cepat kehilangan kau pula, ayah... ii tak pernah sekalipun membanggakanmu, tapi ii berharap kau dapat tersenyum melihat kami saat ini disana...
kau yang selalu ii panggil ayah, sekarang kau telah menjadi seorang abah, seperti cita-citamu. 2 cucumu nan cantik selalu mengingatkanku akan senyum dan wajah teduhmu..
kau yang selalu ii panggil ayah, meski ii tak bisa sesempurna engkau tapi ii ingin bisa membagikan apa yang telah engkau bagikan kepada ii dulu.
Tak ada yang berubah tentangmu ayahku. Hingga saat ini aku pun masih suka bermain di tempat tidurmu seperti dahulu. Ii merasa kau dekat dengan ii ketika berada disini. Suasana tenang dan hening hadir seakan mewakili hadirmu. Ayah, masih sangat teringat di mataku ketika kau terbaring di tempat ini...
Jika dulu tak ada hari tanpa restumu, mencium telapak tanganmu, dan berlalu dengan doamu kini aku hanya bisa memandang pusara bisu yang tertulis namamu. Seandainya ii bisa meminta ke Allah, ii ingin bisa diwisuda tepat di bulan lahir ii, dan kau ayah dapat menyaksikannya sebagai guru terbaik dalam hidup ii...
Terimaksih atas curahan sayang yang telah kau berikan selama ii tumbuh dewasa. Kota ini adalah musium kehidupan yang akan selalu ii kunjungi jika rindu akan petuahmu
Kau yang selalu ii panggil ayah, meskipun kau hanya PAKDE ku, 17 tahun yang lalu ataupun hari ini kau tetap AYAHKU...
Kami sayang kau, Ayah... :*